Kematian Ibu dan Bayi
24 Bayi dan 10 Ibu Meninggal di Pamekasan Selama Tahun 2023, Ini Penyebabnya
24 bayi, dan 10 orang ibu di Kabupaten Pamekasan, meninggal dunia sampai triwulan ketiga di Tahun 2023, sejumlah pihak pun menggelar evaluasi
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, PAMEKASAN - 24 bayi, dan 10 orang ibu di Kabupaten Pamekasan, meninggal dunia sampai triwulan ketiga di Tahun 2023. Hal ini menyebabkan pihak-pihak terkait melakukan evaluasi.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur menggelar rapat koordinasi dan evaluasi forum penurunan angka kematian ibu dan bayi (penakib) di Ballroom Hotel Cahaya Berlian, Jalan Raya Panglegur.
Rapat tersebut dihadiri Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Pamekasan, Achmad Faisol, pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, camat se-Pamekasan, direktur rumah sakit se-Pamekasan, kepala puskesmas se-Pamekasan, dokter spesialis anak, dan beberapa pihak terkait lainnya.
Pj Sekda Pamekasan, Achmad Faisol mengatakan, salah satu upaya dalam mempersiapkan generasi Indonesia emas pada tahun 2045 adalah menjaga kesehatan ibu dan bayi yang notabene sebagai penerus perjuangan bangsa Indonesia.
Angka kematian ibu dan bayi di daerahnya masih menjadi perhatian serius, sebab Tahun 2022 tercatat ada 30 kematian ibu, dan 53 kematian bayi.
Tentu kondisi ini menjadi perhatian agar angka itu bisa ditekan semaksimal mungkin pada Tahun 2023.
"Sementara sampai triwulan 3 Tahun 2023 ini sudah tercatat 10 kematian ibu, dan 24 kematian bayi. Semoga angka ini tidak bergerak lagi agar tidak melampaui di tahun 2022," kata Achmad Faisol, Selasa (28/11/2023).
Berdasarkan rapat evaluasi bersama, adapun faktor tingginya angka kematian ibu dan bayi di daerahnya, yakni karena tiga faktor, meliputi pendarahan 30 persen, pre/eklamsia 22 persen, dan amenia sebanyak 11 persen dengan tempat kematian yang paling banyak di rumah sakit mencapai 69 persen, rumah pasien 15 persen, puskesmas 8 persen, dan di perjalanan sebanyak 8 persen.
"Analisa sementara dapat kita lihat bahwa ternyata sebagian faktor dari kematian ibu dan anak itu adalah terlambat, terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk, dan terlambat penanganan," ungkapnya.
Baca juga: Warga Dengar Suara Ledakan Sebelum Bus Karina Double Decker Terbakar di Pamekasan
Pihaknya menyambut baik atas terlaksananya rapat koordinasi dan evaluasi penakib itu.
Harapannya, semua pihak yang terlibat dapat memahami dan mengenali sebagian masalah dari faktor kematian ibu dan bayi tersebut.
"Pelibatan tim dan unsur yang beragam memerlukan semangat kebersamaan yang lebih tinggi, dan ego sektoral yang lebih rendah. Selanjutnya perlu dibangun sinergitas antar pelaku dan modernisasi sistem yang membuat pelayanan lebih cepat, hemat, ramah, dan bermanfaat," ungkapnya.
Dia menegaskan, Pemkab Pamekasan memilki banyak fasilitas yang dapat mendukung program untuk meminimalisir angka kematian ibu dan bayi tersebut.
Di antaranya fasilitas mobil sigap, program Pamekasan call care (PCC), hingga puskesmas pembatu yang ada di desa-desa.
"Ini perlu kerja sama seluruh unsur, bahasa yang sangat sederhana adalah sinergitas antar kita semua. Sinergitas ini sangat penting," ajak mantan Kepala Dispendukcapil Pamekasan tersebut.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(Kuswanto Ferdian/TribunJatimTimur.com)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.