Pilkada 2024

Mantan Panelis Debat Publik Wapres 2024 Ajak Pemilih Berfikir Rasional Tentukan Pilihan Pilkada

Dosen Universitas Jember Adhitya Wardono menegaskan pentingnya masyarakat untuk memiliki pemikiran rasional dalam menentukan pilihan di Pilkada

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Sinca Ari Pangistu
Dosen Jurusan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember Adhitya Wardono 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BONDOWOSO - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember Adhitya Wardono menegaskan pentingnya masyarakat untuk memiliki pemikiran rasional dalam menentukan pilihan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024. 

Hal ini ditegaskan oleh dosen yang pernah menjadi panelis debat publik calon wakil presiden di Pilpres 2024 kepada TribunJatimTimur.com usai acara di Bondowoso, Rabu (16/10/2024).

Menurutnya, momen ruang pemilihan inimenjadi ruang sehat dan semangat untuk membangun daerah dengan potensinya.

Jika rasionalitas masyarakat tak berjalan secara baik dalam memilih, maka lanjutnya, bukan tidak mungkin lima tahun ke depan tidak akan menjadi sesuatu yang luar biasa dalam membangun wilayah.

"Karena jika tidak hati-hati, maka sebaliknya lima tahun tidak akan menjadi sesuatu yang luar biasa," jelasnya. 

Adhitya  menyampaikan, pada elemen demokrasi tak semua orang memahami secara baik konsep dinamis dan demokratis ini. Sehingga, seringkali dalam pemilihan bupati ataupun Pilkada sangat susah untuk membaca pilihan rakyat itu memang benar-benar 'tangan Tuhan'.

Kadang-kadang oleh pemilih dirasanya ini adalah 'tangan Tuhan', tapi dalam perjalanannya yang dipilih tidak amanah, tidak bisa mengikuti logika yang dihadirkan oleh rakyat. Dan sering kali rakyat kecewa, dan kekecewaan itu bertubi-tubi.

"Dan inilah yang mengakibatkan orang menjadi sangat susah untuk berpikir secara rasional," terang pria yang kini juga merupakan Koordinator Prodi Unej Kampus Bondowoso.

Baca juga: Dendam Akibat Namanya Tercoret dari Daftar Penerima, Kakek di Jember Curi Beras Bansos

Terlebih banyak sekali budaya di tengah-tengah masyarakat yang menyatu dengan ruang pemilihan politik ini. Kadang-kadang ini digiring dengan suasana tertentu, situasi dan ketokohan tertentu yang mungkin susah sekali bagi pemilih bersifat rasional. 

Dalam arti melihat programnya, tidak melihat orangnya. "Inilah yang masih sangat masif terjadi di ruang-ruang kewilayahan politik di Indonesia," jelasnya.

Di lain sisi, masyarakat sangat susah untuk digiring duduk manis mengikuti pengetahuan dan informasi tetang gagasan para calon yang bersifat sedemikain rupa."Ya mungkin secara bahasa itu sangat sulit dimengerti," jelasnya.

Karena itulah, tak heran jika kampanye dengan model berbagai kretifitasnya menjadi sarana komunikasi para calon kepada pemilih. "Mungkin itu dipandang efektif, untuk memindahkan, menyalurkan pemikirannya ke ruang masyarakat. Jadi itu kan sarana saja," tuturnya. 

Baca juga: Hibah Pengetahuan, Keluarga Alumni Unej Bondowoso Ikut Cetak  Wirausaha Muda

Namun begitu, kata Adhtya, butuh waktu panjang untuk membaca situasi ini dengan lebih elegan, tenang, dan santun."Kalau tidak hati-hati bisa menyebabkan gesekan, kohesi-kohesi yang tidak baik bagi masyarakat," pungkasnya.

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved