Ramadan 2025
Hikmah Ramadan : Nantikan Aku di Pintu Sorga
Cerita Hamka tentang percakapan beliau dengan sang istri ditulis Hamka ketika menafsirkan ayat 21 suat at Thur di atas
TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Prof. Hamka bercerita, sehari sebelum istrinya meninggal, sang istri bertanya: “Kakanda. Apakah di akhirat nanti kita bisa bertemu?”
Hamka menjawab: “Kanda punya sangkaan besar bahwa Adinda akan masuk sorga. Jika kita sama-sama masuk sorga kita akan bertemu. Kanda berharap akan menjadi kenyatan “
“Mengapa begitu kanda?”
“Kita sudah hidup bersama salama 40 tahun. Selama ini kanda rasakan betul bahwa Adinda seorang istri yang salihah. Karena itu kakanda yakin Adinda akan masuk sorga. Tetapi kakanda yang masih hidup, sepeninggal adinda semoga kakanda terjaga dari perbuatan dosa. Sebab jika kakanda nyeleweng dan berbuat dosa, maka kakanda tidak bisa masuk sorga dan kita tidak bisa bertemu lagi”
Jika kita baca dialog Hamka dan istri, seakan-akan itu dialog romantis, seorang kekasih akan pergi tetapi dia tidak mau berpisah dengan Hamka pujaannya. Namun jika kita perhatikan waktu dialog itu, maka itu dialog yang serius. Bukan dialog dua insan yang sedang dimabuk cinta. Ini dialog menjelang kematian. Jadi sangat sungguh-sungguh. Ketika Hamka mengatakan bahwa Hamka yakin Adinda bakal masuk sorga, itu bukan ucapan rayuan, bukan bunga bibir untuk menyenangkan kekasih. Tapi punya dasar kuat dalam ajaran agama. Hamka seakan berkata: Adinda, tunggulah kakanda si pintu sorga. Kita pasti berjumpa.
Dari Ummu Salamah, Rasulullah bersabda: “jika seorang istri yang meninggal sedangkan suaminya ridha, maka dia masuk sorga”. (HR Tarmizi dan Ibnu Majah)
Hadist ini memberi pelajaran penting kepada para istri agar dalam hidup ini dia bisa mendapat ridha dari suami. Ini yang harus terus direbut dan diperjuangankan. Memang kemesraan suami istri bisa pasang surut. Beda pendapat bisa terjadi. Tetapi hendaknya kerikil-kerikil kecil itu tidak membuat ridha seorang suami surut. Seorang istri harus mendapatkan ridha sang suami 100 persen. Apa tanda suami ridha? Suami merasa membutuhkan kehadiran sang istri. Sang istri menyejukkan hati. Jika istri tidak ada, suami merasa kehilangan. Ibarat burung sayapnya hilang sebelah. Dia tidak bisa terbang sempurna. Bahkan tidak bisa terbang.
Karena itu ada pendapat yang mengatakan bahwa dibelakang suami yang hebat, ada istri yang hebat. Di belakang Rasulullah yang hebat ada ibu Khadijah yang hebat. Di belakang Soekrno yang hebat ada ibu Inggit kemudian ibu Fatmawati yang hebat.
Bisakah Bertemu di sorga?
Bisakah suami istri bertemu di sorga? Ini bukan hanya pertanyaan dari istri Buya Hamka, tetapi pertanyaan dari banyak istri yang lain. Dari para istri kita. Hidup berpuluh-puluh tahun berdua memberikan bekas mendalam. Hati seakan tak rela jika kemesraan dan keindahan hidup itu akan hilang begitu saja. Tidak ingin kematian akan menghapus keindahan yang telah terbangun. Keindahan cinta kasih yang tidak lagi diwarnai nafsu badani. Cinta yang sepenuhnya dinafasi kasih sayang dua hamba yang hatinya menyatu.
Banyak bapak dan ibu tidak mau diajak pindah ke rumah anaknya meskipun rumah anaknya jauh lebih baik dan asri. Dia lebih memilih hidup dirumahnya sendiri yang mungkin tidak sebagus rumah anaknya. Namun di rumahnya sendiri itu penuh dengan kenangan berharga yang tidak ternilai. Dinding tembok rumah itu seakan bicara sebagai saksi ketika mereka berdua dengan susah payah membangunnya. Dan alangkah bahagianya ketika rumah itu telah terwujud. Mereka tidak lagi kontrak rumah. Anak-anaknya yang masih kecil bisa berlarian bebas di lantai sederhana. Tetapi mereka belarian dengan luluasa. Rumah yang dulu tidak terbayangkan akan bisa diwujudkan. Kamar mandi, kamar tidur, dapur dan semua bagian rumah itu menjadi saksi suka duka hidup berdua. Berkeringat bersama mewujudkan impian. Itulah yang tidak didapatkan jika mereka pindah kerumah anaknya.
Maka kenangan yang indah itu tidak ingin terputus dengan kematian. Mereka ingin kemesraan itu berlanjut di sorga. Pertanyaan besar, bisakah mereka berjumpa kelak di akhirat? Bisakah mereka kembali berbahagia bersama?
Soal sorga, soal akhirat adalah soal iman kepada yang ghaib. Tidak ada orang yang tahu dan bisa bercerita. Satu-satunya rujukan adalah al Quran dan penjelasan Rasulullah. Penjelasan al quran tentang bisa tidaknya suami istri bertemu di sorga bisa dilihat antara lain dalam surat at Thur ayat 21 yang menyatakan:
“Dan orang-orang yangn beriman dan diikuti pula oleh anak cucu mereka dengan iman akan Kami pertemukanlah mereka dengan anak cucu mereka itu dan tidaklah akan Kami kurangi dari amalan mereka sedikitpun. Tiap-tiap manusia terkait dengan apa yang mereka kerjakan” (QS.At Thur: 21).
Yaitu sorga Aden. Mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang-orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya. Sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (Ar Ra’du 23)
Dengan ayat-ayat ini maka Allah menjanjikan suami istri dan anak cucu akan bisa bertemu di akhirat nanti. Dengan syarat sama-sama beriman dan sama-sama masuk sorga. Kalau tidak sama-sama masuk sorga tentu tidak bisa. Dimana akan bertemu kalau tempatnya berbeda?
Cerita Hamka tentang percakapan beliau dengan sang istri ditulis Hamka ketika menafsirkan ayat 21 suat at Thur di atas. Bertemu dengan anak cucu bisa dengan mereka yang sewaktu di dunia penah bertemu atau belum pernah bertemu. Misalnya ada cucu kita yang lahir setelah kita sudah meninggal. Kita tidak sempat bertemu. Tetapi nanti di akhirat akan dipertemukan. Sungguh Bahagia. Memang di sorga tempat serba bahagia.
Repotnya sering cara pandang kita pada sorga seperti cara pandang kita dalam kehidupan dunia. Padahal pasti berbeda jauh. Maka muncul pertanyaan yang kadang aneh karena kita menanyakan kehidupan di sorga seperti kehidupan dunia. Misalnya kalau laki-laki disediakan bidadari yang cantik apakah suami nanti masih tertarik dengan mantan istrinya di dunia yang tentu kalah jauh dengan kecantikan bidadari. Kalau suami waktu menduda kawin lagi, istri mana yang dipilih, yang lama atau baru? Dan macam-macam pertanyaan remeh temeh lainnya. Yang pasti di sorga hanya ada kebahagiaan. Tidak ada duka sedikitpun. Allah Maha pengatur yang terbaik.
Kita tidak tahu bagaimana kehidupan di sorga. Dilukiskan dengan singkat: La ainun raat, wa la uzunun samiat, wa la qathra fi qalbi basyar. “Mata tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar. Bahkan tidak pernah terlintas di hati manusia”
Pertanyaan utama telah terjawab dalam alquran. Bisakah suami istri berjumpa di akhirat nanti? Ternyata bisa asalkan sama-sama masuk sorga. Karena itu berpesanlah para suami kepada istri: “Tunggulah aku dipitu sorga”. Berpesanlah seorang istri kepada suami: “Kakanda, nantikakanlah aku dipintu sorga”. Ini untuk memberi semangat agar masing-masing kita selalu menyiapkan bekal akhirat.
Drs. KH. Nurcholis Huda, M.Si
Ketua MUI Jawa Timur
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
Kemabruran Puasa 30 : Dari Religiousness dan Religious Mindedness |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 29 : Dari Salam, Islam dan ke Istislam |
![]() |
---|
Hikmah Ramadan : Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat! |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 28 : Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Hikmah Ramadan : Berpuasa, Media Sosial dan Bertapa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.