Ramadan 2025

Hikmah Ramadan : Fikih Minoritas dan Tantangan Puasa di Bumi Sakura

Jamaah masjid bertambah ramai  ketika weekend. Sabtu dan Minggu adalah waktu yang paling ramai

Dok Pribadi
M. Noor Harisudin, Ketua KP3 MUI Jawa Timur 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Ramadan 1446 H ini di bumi Sakura--nama lain Jepang, terasa lain. Di akhir musim dingin, Diaspora Indonesia menyongsong bulan puasa tahun ini dengan suka cita. Lihatlah masjid-masjid dan tempat ibadah yang ramai dikunjungi orang ketika buka puasa bersama dan Salat Tarawih. Demikian pula jamaah Subuh, begitu ramai di masjid-masjid Jepang. 

Kegiatan puasa Muslim di Jepang terasa mudah karena umumnya orang Jepang toleran terhadap praktik keagamaan Muslim. Muslim Jepang berpuasa mulai jam 04.45 hingga 17.35 waktu Jepang. Sementara Salat Tarawih dilaksananakan antara jam 19.30 - 20.30 malam waktu Jepang. Setelah Tarawih, sebagian masjid mengadakan tadarus Al-Qur'an laiknya di Indonesia. 

Jamaah masjid bertambah ramai  ketika weekend. Sabtu dan Minggu adalah waktu yang paling ramai karena umumnya Diaspora Indonesia libur atau tidak bekerja. Sementara hari-hari biasa mereka harus bekerja mulai pagi hingga sore. Tak heran jika Salat Tarawih dan Subuh kadang harus menunggu jamaah yang tidak bisa hadir di awal waktu. 

Tantangan Puasa di Bumi Sakura

Background Diaspora Indonesia di Jepang yang umumnya Pekerja Migran Indonesia harus dimaklumi. Artinya, kesulitan menjalankan ibadah puasa pada satu sisi dan aktivitas bekerja sehari-hari pada sisi lain adalah tantangan tersendiri. Terutama mereka yang bekerja di lapangan yang lebih kaku dan ketat daripada mereka yang bekerja di dalam kantor atau perusahaan. Tentu, mereka tetap berniat puasa dan sahur, jika besok tidak kuat berpuasa, menurut Yusuf Qardhawi, mereka dapat membatalkan puasa dengan tanpa berdosa. 

Sejatinya, Muslim Jepang telah mengenal fikih aqalliyat untuk Muslim minoritas di negara Sakura tersebut. Fikih aqalliyat adalah fikih yang berlaku untuk Muslim minoritas  di negara mayoritas non-Muslim. (M Noor Harisudin: 2021). Fikih minoritas juga dikenal dengan fikih rukhsah (dispensasi) karena situasi khusus minoritas Muslim yang berbeda dari pada situasi pada umumnya. 

Dengan kata lain, fikih minoritas adalah hukum pengecualian karena ada kesulitan (masyaqqat) yang dialami minoritas Muslim. Pemakaman Muslim pada ghalibnya harus sesama Muslim, namun karena sulitnya mendapatkan pemakaman Muslim, maka boleh Muslim dikubur bersama dalam pemakaman non Muslim. Najis Mughalladzah yang cara mensucikannyq dibasuh tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan debu, maka fikih minoritas membolehkan dicampur dengan sabun karena sulitnya mendapatkan debu di negara minoritas Muslim. 

Kesulitan Salat Jumat juga sering terjadi karena bekerja di perusahaan adalah problem lain Muslim di bulan Ramadan. Dus, turunnya hujan salju di sebagian prefektur (propinsi) Jepang juga menjadikan salat mereka tidak bisa dilakukan secara langsung. Mereka diberi keringanan mengqadla Salat Dluhur dan Salat Asarnya senyampang mereka mendapatkan masyaqat (kesulitan) dalam menjalankan syariat agamanya. 

Komitmen Beragama

Keimanan adalah pondasi utama Muslim Jepang. Jepang sebagai negara modern yang menjunjung tinggi kebebasan mutlak bisa menjadi tantangan serius bagi orang beragama. Judi, minuman keras, dan sebagai menjadi pelecut agama di Islam yang harus dibentengi dengan keimanan Muslim. Keimanan adalah wujud komitmen beragama Muslim. 

Keimanan adalah kunci dalam melaksanakan puasa dan ibadah lain di negara Jepang. Tanpa keimanan yang kokoh, seorang muslim akan mudah tergelincir dalam suasana kebebasan di Jepang. Rasulullah Saw bersabda: "Seorang tidak melakukan zina, sementara dia mukmin. Seorang juga tidak minum khamar sementara dia mukmin. Demikian juga, seorang tidak mencuri sementara dia mukmin" (HR Bukhari).

Dalam konteks itulah, maka iman dan juga ilmu menjadi pondasi Muslim di Jepang. Keduanya akan membawa Muslim sukses sebagai warga negara Jepang dan juga sebagai seorang Muslim yang taat pada Tuhan. Termasuk sukses meraih ketakwaan di bulan Ramadan. Selamat menunaikan ibadah puasa 1446 H/2025 M. 

Wallahu a'lam. (*)

M. Noor Harisudin

Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Ketua KP3 MUI Jawa Timur

Dai Internasional Jepang Tahun 2025 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved