TRIBUNJATIMTIMUR.COM, MALANG - Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tidak dapat ditemui di sejumlah pasar tradisional di Kota Malang. Pedagang belakangan mendapat stok beras dengan kapasitas 50 Kg, sedangkan beras SPHP berbentuk dalam kemasan 5 Kg.
Sejumlah pedagang mengira, kelangkaan ini terjadi karena dampak dari viralnya pemberitaan kemasan beras SPHP yang ditempeli wajah pasangan Capres-Cawapres. Dalam kondisi kelangkaan, sejumlah pedagang mulai digoda oleh sejumlah kader partai politik agar mau menjual beras dengan harga murah ke mereka.
Supriyono, pedagang di Pasar Bunul mengungkapkan, ia sudah tidak menerima lagi beras SPHP. Ia menjelaskan hanya menerima pasokan beras dari Bulog sebanyak 500 Kg atau 10 karung, setiap karung isi 50 Kg.
Selanjutnya, beras itu dijual secara eceran atau kiloan. Harga beras Bulog itu pun dijual melampaui harga eceran tertinggi (HET) sesuai ketentuan beras medium semestinya yakni Rp10.900 per kg.
"Harga kulakan beras Bulog Rp 11.000 per Kg, saya jual Rp 12.000 per Kg," katanya, Selasa (30/1/2024).
Ia mengungkapkan harga beras berbagai merek merangkak naik secara beruntun dalam sepekan terakhir. Kenaikannya mulai Rp 100 hingga Rp 200 per Kg sampai akhirnya menyentuh kenaikan hingga Rp 700 per Kg.
Harga beras medium paling murah di Pasar Bunul, yakni beras merek Tugu Rp 72.000 per kemasan 5 Kg. Adapun beras merek Lahap dan Mentari Rp 75.000 per Kg. Sedangkan beras premium merek sedap wangi dijual Rp 77.000 per 5 Kg.
Pemicu kenaikan harga beras diperkirakan karena tingginya permintaan dari partai politik sejak untuk kepentingan kampanye Pemilu. Imbasnya, pedagang kecil tidak kebagian beras sehingga mengakibatkan harga mengalami kenaikan.
"Info ini dari pembeli orang parpol yang ingin pesan beras. Ada yang minta 100 kg," paparnya.
Giyanti, pedagang di Pasar Oro-Oro Dowo mengatakan tidak pernah mendapatkan kiriman beras SPHP belakangan ini. Ia pernah meminta langsung ke Kantor Bulog Cabang Malang, namun belum bisa mendapatkan.
Baca juga: Dukung Warung Naik Kelas, BPR Jatim Berikan Bantuan Gerobak kepada Puluhan PKL Banyuwangi
Ia mengatakan, akhir-akhir ini, ada calon legislatif pesan beras medium tapi minta dengan harga di bawah pasaran. Giyanti mengaku menolak permintaan itu. Giyanti mengatakan membutuhkan beras SPHP dari Bulog.
Pasalnya, ia melayani konsumen yang berasal dari kawasan inggiran Oro-oro Dowo. Saat ini, Parpol dan Caleg mulai menggoda pedagang agar menjual beras dengan harga murah. Padahal, harga beras kini semakin mahal.
"Harga kulakan beras medium dari pabrik Rp 14.500 per Kg. Pukul 1 siang kemarin naik lagi Rp 300 per Kg menjadi, Rp 15.000 per Kg," ucap Giyanti.
Giyanti menyatakan, keterlambatan pengiriman stok beras SPHP tersendat setelah distribusi diambil alih oleh Badan Usaha Milik Daerah Tugu Aneka Usaha. Giyanti berharap penyaluran kembali dilakukan langsung oleh Bulog agar tidak ada kendala.
Direktur Utama Tugu Aneka Usaha, Dodot Tri Widodo menjelaskan bahwa penyaluran beras SPHP ke pedagang pasar tradisional sedang tersendat karena pasokan dari Bulog juga terganggu. Dodot menjelaskan ada kendala overload. Hal itulah yang mengakibatkan saluran ke pasar tradisional ikut terganggu.