Hiu Paus Terdampar

Tim Forensik FKH Unair Temukan Satu Kresek Sampah Plastik di Lambung Hiu Paus Tedampar

Tim Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menemukan satu kantong sampah plastik dari lambung bangkai hiu paus

Editor: Sri Wahyunik
Tribun Madura/Ahmad Faisol
Hasil pemeriksaan forensik oleh Tim Fakultas Kedokteran Hewan Unair, Surabaya terhadap bangkai hiu paus terdampar mati di bawah Jembatan Suramadu menguak fakta bahwa kondisi perairan laut tidak sedang baik-baik saja. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BANGKALAN – Tim Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya melakukan pemeriksaan forensik terhadap satu dari tiga bangkai hiu paus (Rhincodon typus) yang mati terdampar di pesisir perairan Selat Madura.

Hasilnya cukup membuat dahi mengernyit. Sebab tim menemukan banyak sampah plastik  di dalam lambung hiu.

Hiu paus yang menjadi atensi pemeriksaan Tim FKH Unair Surabaya itu lokasinya berada di bawah Jembatan Suramadu. Tubuh hiu paus itu berstatus dewasa, kelamin jantan, berukuran panjang 5,3 meter dengan lebar 1,2 meter.

Tubuhnya sengaja ditambatkan dengan seutas tali tampar oleh nelayan ke tiang Jembatan Suramadu untuk kepentingan observasi. Hiu paus jantan itu seolah ‘berpesan’, kondisi perairan laut tidak sedang baik-baik saja.

“Sangat (berhubungan dengan kondisi perairan laut), karena ada beberapa temuan yang kami temukan. Di bangkai cukup banyak plastik, botol, gelas, hingga sedotan yang cukup banyak. Satu kresek besar, mulai dari lambung sampai ke belakang,” ungkap Ketua Tim FKH Unair, drh Bilqisthi Ari Putra, Rabu (19/7/2023).

Sementara dua ekor hiu lainnya terdampar mati di pesisir Pantai Rindu atau sisi barat Jembatan Suramadu berukuran 3 meter, kondisi perutnya sudah pecah. Dan seekor hiu lainnya kandas di pesisir Laboratorium TNI AL (Labinsen) atau sisi timur Jembatan Suramadu dengan ukuran tubuh lebih besar, yakni sekitar 6 meter.

“Tidak seharusnya dia (hiu paus di bawah Jembatan Suramadu) makan itu (sampah plastik). Namun itu hanya kejadian dalam satu waktu saja, tidak ada hubungan dengan infeksinya, jadi memperberat saja,” jelas Bilqhisti.

Keberadaan sampah plastik saat ini memang menjadi perhatian berbagai lembaga dunia. Terakhir, puluhan personel Polres Bangkalan mengajak warga menggelar kegiatan bersifat edukatif atau mendidik tentang pentingnya menjaga dan peduli kebersihan lingkungan pesisir dari sampah plastik. Kegiatan bersih-bersih sampah plastik itu dilakukan di pesisir Desa Pernajuh, Kecamatan Socah, Kamis (13/7/2023).

Baca juga: Eksperimennya Gagal Saat Kontra PSIS, Aji Santoso Singgung Soal Rotasi Pemain Persebaya

Pada awal Agustus 2019 silam, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mendeklarasikan diri sebagai Kampus Bebas Sampah Plastik. Itu dilakukan sebagai upaya mengurangi penggunaan sampah plastik dan memanfaatkan plastik yang bisa didaur ulang.

Berdasarkan laporan International Coastal Clean Up 2018 tentang hasil kajian terhadap 10 besar sampah yang dihasilkan di dunia, popok bayi menjadi sampah plastik dengan proses penguraian paling sulit. Bumi membutuhkan waktu selama 450 tahun untuk mengurai sampah popok bayi, sampah kaleng selama 200 tahun, sampah styrofoam selama 80 tahun.

 Sedangkan penguraian sampah kantong plastik mencapai 10 tahun hingga 20 tahun, puntung rokok selama 5 tahun, kertas koran selama 6 minggu, dan kulit pisang membutuhkan waktu urai selama dua minggu.

Bilqhisti memaparkan, kematian hiu-hiu paus itu diduga kuat karena infeksi berat. Kondisi itu sangat mengkhawatirkan karena berpotensi menular ke manusia. Karena itu, Tim FKH Unair Surabaya mengimbau masyarakat untuk tidak mengkonsumsi ataupun dimanfaatkan.

“Penyebab pasti masih kami lakukan pengujian, jelasnya ada indikasi infeksi yang cukup berat dan berpeluang menular. Sejauh ini kami masih melakukan uji laboratorium, namun yang bisa kami sampaikan ke masyarakat, jangan dikonsumsi, jangan dimanfaatkan,” pungkas Bilqhisti.

 
Tidak hanya FKH Unair Surabaya, keberadaan bangkai tiga ekor hiu paus itu juga menarik perhatian Tim Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan UTM, hingga Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Bali.

Bangkai tiga ekor hiu paus itu awalnya ditemukan masyarakat nelayan di pesisir Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang pada Senin (17/7/2023) sore. Lokasi ketiga bangkai ikan berukuran besar itu berpencar, satu ekor di pesisir sisi barat Jembatan Suramadu, satu ekor di pesisir sisi timur Jembatan Suramadu, dan satu ekor tepat berada tepat di bawah Jembatan Suramadu.

Baca juga: Kolektor Pusaka di Banyuwangi Gelar Jamasan pada Awal Suro

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved