Dampak El Nino
Dampak El Nino, Ratusan Hektare Tanaman Cabai di Jember Selatan Rusak Diserang Antraknosa
Ratusan hektare tanaman cabai besar di Kecamatan Ambulu, Jember, rusak diserang penyakit antraknosa
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Ratusan hektare tanaman cabai besar di Kecamatan Ambulu, Jember, rusak diserang penyakit antraknosa.
Hal tersebut karena kemarau panjang yang terjadi sejak empat bulan terakhir, membuat tanah kering dan panas. Sehingga tanaman cabai mudah terjangkit penyakit.
Nampak, daun lombok milik para petani di Jember selatan itu mulai mengeriting, dan timbul bercak bercak. Bahkan buahnya pun membusuk hingga jatuh berguguran.
Margono, seorang petani Desa Sumberejo Ambulu mengaku harus beli mengeluarkan biaya dua kali lipat guna mengairi sawahnya. Biaya itu dipakai untuk pembelian bahan bakar minyak untuk mesin penyedot air, yang dipakai guna mengairi sawah.
"Karena panas sekali, dulu itu mungkin satu petak sawah saya untuk tanaman cabai, tidak sampai lima liter pertalite, untuk ngairi sawah. Sekarang bisa enam liter hingga tujuh liter, sangking panasnya," ujar Margono, Jumat (20/10/2023).
Menurutnya, serangan antraknosa pada tanaman cabai seperti ini, merata di seluruh lahan milik petani cabai di daerah Rowo Gebang, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Bahkan, sudah seperti musiman.
"Setiap tahun seperti ini kayaknya. Berbagai macam insektisida dan fungisida sudah banyak saya gunakan. Tetapi tidak mempan masih," kata Margono.
Biasanya, kata Margono, kalau sudah terserang penyakit itu bukan hanya daunnya keriting. Tetapi pada akhirnya tanamannya kering.
"Tiba-tiba daunnya rontok, lalu mengering dan mati sudah," tuturnya.
Baca juga: Gandeng JKT48, Shopee 11.11 Big Sale Bertujuan Bantu Transformasi Bisnis Brand Lokal dan UMKM
Sementara itu, Ketua Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, Eka Purwati mengatakan, kurang lebih ada 100 hingga 200 hektare tanaman cabai di Kecamatan Ambulu yang terserang penyakit antraknosa.
"Akibat cuaca panas ektrem di siang hari, sedangkan pada malam hari suhu berubah menjadi dingin dan berkabut membuat daya tahan tanaman menjadi lemah dan mudah terserang penyakit," tanggapnya.
Eka mengemukakan hingga kini belum ada solusi yang tepat untuk menangani penyakit tanaman cabai seperti ini. Kata dia, petani hanya bisa melakukan penyiraman untuk pencegahan sementara.
"Meminimalkan kerusakan, petani setiap hari harus menyiram tanaman. Tentunya hal tersebut membuat biaya membengkak dan petani terancam merugi pastinya," jlentrehnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.