Berita Jember
Jalan Terjal dan Banyak Rumah Tak Teraliri Listrik, Warga Mulyorejo Jember Minta Pemerintah Hadir
Warga Dusun Baban Timur Jember hidup tanpa listrik dan jalan layak. Mereka berharap pemerintah segera hadir dengan solusi.
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Warga Dusun Baban Timur, Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, serasa terisolasi. Puluhan rumah di desa ini hingga kini belum merasakan aliran listrik. Kondisi diperparah dengan kondisi jalan yang terjal.
Untuk kebutuhan listrik mereka bergantung pada mesin diesel untuk penerangan malam hari, sementara akses jalan menuju permukiman sangat sulit.
Tercatat ada 29 kepala keluarga di Padukuhan Dampikrejo yang hingga kini belum memiliki sambungan listrik dari PLN. Padukuhan berada di kawasan perbukitan yang dikelilingi perkebunan kopi milik PTPN I Regional 5 Silosanen. Mayoritas penduduknya adalah petani kopi.
Baca juga: Dalam Sehari, Tiga Rumah di Jember Ambruk dan Terbakar Akibat Hujan dan Angin Kencang
Kondisi jalan menuju permukiman warga sangat memprihatinkan. Jalannya sempit, penuh bebatuan, berliku, dan rawan licin saat hujan. Untuk bisa sampai ke sana, warga biasanya menggunakan motor trail atau kendaraan roda dua yang tangguh, dengan pengendara yang berpengalaman di medan ekstrem.
“Jalan aspal itu mimpi bagi masyarakat di sini,” ujar Sunari, petani kopi sekaligus Ketua RT 11 Padukuhan Dampikrejo, Kamis (11/9/2025).
Baca juga: Terbang Perdana 18 September, Dibanderol Rp 1,3 Juta Tiket Penerbangan Jember-Jakarta Bisa Dipesan
Menurutnya, minimnya penerangan membuat perjalanan malam hari sangat berbahaya. “Kanan kiri penuh pepohonan dan kebun kopi. Tak ada penerangan jalan, jadi sangat berisiko kalau ada pendatang yang masuk malam hari,” tambahnya.
Tiga Kali Ajukan Listrik, Tak Kunjung Direspons
Sunari mengaku sudah tiga kali mengajukan permohonan pemasangan listrik PLN melalui pemerintah desa. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut.
“Hanya ada 29 keluarga, mungkin itu alasan listrik PLN belum masuk. Ditambah akses jalan sulit,” jelasnya.
Terpaksa warga menggunakan mesin diesel meski biaya operasionalnya cukup tinggi. “Kalau dinyalakan dari jam 6 sore sampai jam 9 malam, bensin bisa habis 2 liter.
Baca juga: 15 Ribu Guru Ngaji di Jember Terima Insentif, Penyaluran Melalui Kantor Desa
Jadi sangat boros,” katanya.
Swadaya Perbaiki Jalan
Selain menghadapi keterbatasan listrik, warga juga berusaha memperbaiki akses jalan secara swadaya. Mereka mengumpulkan dana dari hasil panen kopi untuk membeli batu, lalu menatanya di sepanjang jalan setapak agar tidak terlalu licin ketika hujan.
“Kalau suatu saat pemerintah mau mengaspal jalan, setidaknya pondasinya sudah ada,” ucap Sunari.
Padahal jalan tersebut merupakan jalur utama untuk mengangkut hasil panen, sekaligus akses menuju sekolah dan puskesmas terdekat. Warga harus menempuh waktu sekitar satu jam untuk bisa mencapai sekolah atau Puskesmas II Silo.
Baca juga: Belasan Remaja Pramuka Diberangkatkan Bupati Jember ke Prestasi Penegak Jatim 2025
“Kami ini juga warga negara yang membayar pajak, jadi punya hak sama dengan daerah lain,” ujar Sunari.
Sekretaris Komisi C DPRD Jember, David Handoko Seto, menegaskan pihaknya akan segera turun ke lokasi untuk memastikan kondisi infrastruktur dan kebutuhan dasar masyarakat.
Dalam Sehari, Tiga Rumah di Jember Ambruk dan Terbakar Akibat Hujan dan Angin Kencang |
![]() |
---|
Terbang Perdana 18 September, Dibanderol Rp 1,3 Juta Tiket Penerbangan Jember-Jakarta Bisa Dipesan |
![]() |
---|
15 Ribu Guru Ngaji di Jember Terima Insentif, Penyaluran Melalui Kantor Desa |
![]() |
---|
Belasan Remaja Pramuka Diberangkatkan Bupati Jember ke Prestasi Penegak Jatim 2025 |
![]() |
---|
Demi Biaya Persalinan Istri, Badut di Jember Nekat Curi Motor |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.