Travel

Kedai Susu Tuli, Tempat Tongkrongan Disabilitas di Jember Dilengkapi Bahasa Isyarat

K-Suli tongkrongan unik bisa jadi alternatif tempat kongkow di Jember, disebut unik karena dilayani oleh kawan tuli dan ada bahasa isyarat

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Kawan tuli saat melayani pelanggan yang memesan minuman di Kedai Susu Tuli (K-Suli) Jember 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Kedai Susu Tuli (K-Suli) yang berada di Lingkungan Krajan Kelurahan Jemberlor Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, tongkrongan unik yang menyediakan layanan bahasa Isyarat.

Desain ruangan di kedai  yang berada di Jalan Manggis Jember ini, tampak dibuat khusus untuk tongkrongan penyandang disabilitas. Bahkan lokasinya sangat inklusi.

Saat tiba di tempat  tersebut, TribunJatimTimur.com disambut oleh dua kawan tuli yang menjadi kasir kedai, Sabtu (30/12/2023) sore. Keduanya bernama Diana dan Haidar.

Saat memesan, TribunJatimTimur.com langsung menunjuk menu minuman untuk kemudian ditujukkan kepada kedua kasir kedai tersebut. Sebab mereka tidak bisa memahami bahasa lisan orang pada umumnya.

Terlihat, Kedai K-Suli yang didirikan oleh Sumoko Hadi Hartanto pada 2020 lalu,  dilengkapi poster simbol bahasa isyarat lengkap mulai abjad huruf A hingga Z.

Selain itu, juga terdapat guru Sekolah Luar Biasa (SLB) yang siap menerjemahkan dan membantu pengunjung, untuk berkomunikasi dengan dua kasir berkebutuhan khusus di kedai ini. Juru bahasa isyarat ini tentu akan menerjemahkan dalam bahasa isyarat, apa yang diucapkan oleh pengunjung.

"Awalnya itu kebetulan anak saya bernama Kanza, itu berkebutuhan khusus berupa tuli yang menemukan kedai serupa saat di Jakarta. Setelah itu anak saya minta buatkan juga ke saya," kata Sumoko Hadi Hartanto, Pemilik K-Suli Jember, Senin (1/1/2024).

Menurutnya, ide almarhum putranya itu tidak langsung dieksekusi. Dia mengaku harus konsultasi dulu dengan guru bahasa isyaratnya.

"Ternyata pihak sekolah dan guru-gurunya mendukung adanya tempat ini, akhirnya dibukalah kedai ini," kata Sumoko.

Sumoko mengatakan tempat tersebut sengaja dibuat untuk tongkrongan penyandang disabilitas. Sebab selama ini, mereka kesulitan untuk nongkrong di kafe-kafe besar.

"Karena keterbatasan fisik, akhirnya saya buka kedai ini sebagai tempat berkumpulnya teman-teman tuli. Karena tempat ini, juga dibuka untuk umum, maka dilengkapi bahasa isyarat. Mereka (kasir) siap mengajari bahasa isyarat," paparnya.

Awalnya lokasi ini dijaga oleh enam kawan tuli. Tetapi seiring berjalannya waktu hanya tersisa tiga orang. Mereka bernama, Rian, Haidar dan Diana.

"Yang Mbak Winda dan Zain, sibuk kuliah. Akhirnya tinggal tersisa tiga orang saja," tutur Sumoko.

Ketika putranya masih hidup, katanya, kedai ini dibuka setiap hari. Namun telah meninggal dunia, tempat nongkrong itu hanya beroperasi pada hari Jumat dan Sabtu saja.

Baca juga: Viral Aksi Pengguna Jalan Tol Cipali Piknik di Bahu Jalan, Gelar Tikar dan Makan di Tempat


"Namun setelah anak saya tidak ada, sementara tiga temannya itu masih sekolah, Rian masih sekolah, Haidar Kuliah. Kalau dibuka tiap hari, akan menggangu proses belajar mereka, akhirnya hanya dibuka saat malam Sabtu dan malam Minggu mulai Pukul 16.00 WIB hingga 21.00 WIB," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved