Hari Kusta Sedunia
10 Orang Terinfeksi Kusta di Kota Batu Selama 2020 - 2023, 4 Orang Meninggal Dunia
Penyakit kusta bisa disembuhkan, bukan penyakit kutukan, guna-guna, atau keturunan, namun karena bakteri
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BATU - 10 orang terinfeksi penyakit kusta di Kota Batu dalam rentang waktu Tahun 2020 - 2023. Data ini berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Batu.
Penyakit kusta merupakan golongan penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Kusta umumnya dapat ditangani dan jarang menyebabkan kematian. Kusta terbagi menjadi 2 jenis yaitu kusta kering (PB:Pausi Basiler/kuman sedikit) dan kusta basah (MB: Multi Basiler/kuman banyak).
Di Kota Batu telah memakan korban jiwa, dari 10 orang yang terkena kusta, empat orang meninggal dunia. Sedangkan empat orang sudah dinyatakan Release From Treatment (RFT) atau selesai berobat.
"Dan dua orang saat ini masih dalam tahap pengobatan. Masing-masing dua orang ini terkena kusta di tahun 2023 lalu," kata Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, dr Susana Indahwati, Senin (29/1/2024).
Lebih lanjut Susana menjelaskan, empat orang yang meninggal dunia karena mengidap kusta tipe MB tahun 2021 dan 2022. Sebagai penyakit kelompok Neglected Desease (Penyakit Terabaikan), penyakit kusta perlu mendapatkan perhatian khusus dan menciptakan kesadaran terhadap stigma yang melekat pada penyakit ini.
"Bahwa kusta adalah penyakit yang disebarkan oleh sejenis bakteri dan dapat disembuhkan, jadi bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, makanan atau penyakit keturunan seperti yang masih banyak timbul anggapan di masyarakat," jelasnya.
Sementara itu Hari Kusta Sedunia 2024 yang diperingati, Minggu (28/1/2024) kemarin mengusung tema 'Beat Leprosy' atau 'Kalahkan Kusta'. Tema ini dipilih dengan dua tujuan, menghapuskan stigma yang melekat pada kusta dan meningkatkan martabat orang yang terkena penyakit tersebut.
"Tema ini menyerukan kepada dunia agar kusta tidak lagi menjadi sumber stigma, melainkan sebuah kesempatan untuk menunjukkan belas kasih dan rasa hormat kepada semua individu," ujarnya.
Meskipun Kota Batu bukan merupakan daerah endemis Kusta, tetapi setiap tahun masih ditemukan 1-3 orang penderita kusta baru. Angka kunjungan Kota Batu yang tinggi serta pengiriman produk pertanian keluar Kota Batu (interaksi penduduk dengan warga berbagai kota) menjadi potensi masih bisa munculnya penyakit ini.
Selain itu Susana mengatakan kusta merupakan penyakit menular yang tidak mudah menular. Meskipun demikian, Dinas Kesehatan Kota Batu tetap berusaha melakukan upaya deteksi ini, melalui kerjasama penemuan kasus dengan dokter spesialis kulit di semua rumah sakit di Kota Batu serta pemberian edukasi Cardinal Sign Kusta (bercak kulit mati rasa, penebalan syaraf disertai gangguan fungsi serta hasil pemeriksaan skin smear positif) kepada masyarakat.
"Penularan kusta dapat terjadi karena penderita kusta yang tidak diobati kepada orang lain yang kontak lama dengan penderita (biasanya pada orang yang tinggal serumah atau tetangga dekat,red) melalui pernapasan (udara,red)," jelasnya.
Baca juga: VIRAL Video Aksi Anggota KPPS Acungkan 2 Jari, Sebut Nomor 2 Hingga Nama Prabowo, Kini Dipecat
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(Dya Ayu/TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.