Tradisi Idul Fitri

Pasar Bandeng Gresik, Sudah Ada  Sejak Zaman Sunan Giri

Sepanjang Jalan Samanhudi Kabupaten Gresik ramai disesaki warga, karena menjadi lokasi Pasar Bandeng

Editor: Sri Wahyunik
Surya / Willy Abraham
Suasana Pasar Bandeng Gresik, Senin (8/4/2024) malam 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, GRESIK - Sepanjang Jalan Samanhudi Kabupaten Gresik ramai disesaki warga, karena menjadi lokasi Pasar Bandeng. Bandeng khas Gresik dari para petambak ini ukurannya besar. Beberapa stan masih setia menjual bandeng. Sementara di ruas jalan lain stan UMKM turut meriahkan tradisi ini.

Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menuturkan, sejarah Pasar Bandeng menguatkan ekonomi. Kegiatan tahunan yang ditunggu masyarakat Gresik menyambut Idul Fitri.

Bandeng adalah salah satu komoditas unggulan Gresik yang cukup melimpah ruah di Kabupaten Gresik.

Tradisi Pasar Bandeng ini pun menjadi menjadi acara rutin, sejak Sunan Giri berkuasa memimpin Kerajaan Giri Kedaton.

Pasar Bandeng mulai dilakukan karena banyaknya santri yang membawa pulang bandeng sebagai oleh-oleh selepas iktikaf di Gresik.

Konon, Sunan Giri melihat potensi ikan bandeng yang cukup melimpah sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dari situ, tradisi Pasar Bandeng diadakan, mulai dari lomba hingga lelang yang bisa dilihat dan diikuti semua masyarakat Gresik secara gratis.

Semakin lama tradisi Pasar Bandeng semakin meriah, tradisi itu membuat pengunjung pasar bukan hanya dari Gresik, tetapi juga dari daerah sekitar.

Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menyatakan, Sunan Giri memberi spirit, semangat berbisnis kepada para santri di Kabupaten Gresik membudidayakan ikan bandeng.

”Kabupaten Gresik identik dengan ikan bandeng, dan ikan bandeng ya berasal dari Gresik,” jelas Fandi Akhmad Yani.

Bupati menyebut, tradisi Pasar Bandeng merupakan sejarah budaya kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan. Kegiatan itu menjadi spirit penguatan kebangkitan ekonomi masyarakat Gresik.

”Tradisi ini menjadi budaya kearifan lokal yang harus kita jaga selalu, jangan sampai tradisi yang luar biasa ini hilang karena kita tidak merawat,” katanya.

Baca juga: Bukan NU dan Muhammadiyah, Warga Desa Suger Kidul Jember Gelar Salat Idul Fitri Lebih Awal


Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(Willy Abraham/TribunJatimTimur.com)

 

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved