Berita Kediri

Pesona Gunung Kelud dan Perjuangan Paguyuban Ojek hingga Harapan untuk Kebangkitan Wisata

Kawasan wisata Gunung Kelud di Kabupaten Kediri menjadi salah satu destinasi populer, terutama saat libur akhir pekan dan musim liburan

Editor: Sri Wahyunik
TribunMataraman.com/Isya Anshori
Wisatawan naik ojek di Kawasan Gunung Kelud Kabupaten Kediri 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, KEDIRI - Kawasan wisata Gunung Kelud di Kabupaten Kediri menjadi salah satu destinasi populer, terutama saat libur akhir pekan dan musim liburan Natal dan Tahun Baru 2025. Namun, di balik keindahan alamnya, ada cerita perjuangan para tukang ojek yang berkontribusi besar dalam mempermudah akses wisatawan menuju kawah gunung.  

Para tukang ojek, yang mayoritas adalah warga lokal dari Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, beroperasi setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Mereka siap mengantarkan pengunjung dari pos pemberhentian mobil terakhir menuju kawah Gunung Kelud, yang berjarak sekitar 5 kilometer.  

Koordinator tukang ojek wisata Gunung Kelud, Bagus Budiono menjelaskan bahwa tarif ojek pulang-pergi (PP) untuk warga lokal adalah Rp  40.000, sedangkan turis asing dikenakan Rp 50.000. 

"Tidak ada batasan waktu. Wisatawan bebas menikmati perjalanan, termasuk berhenti untuk berfoto sepanjang jalan menuju kawah," jelas Bagus, Sabtu (21/12/2024).  

Di hari biasa, setiap tukang ojek rata-rata melayani 2–3 pengunjung. Namun, saat liburan, jumlah ini bisa meningkat hingga 5 orang per hari, terutama jika ada rombongan wisatawan yang datang dengan bus. Dalam sehari, penghasilan mereka berkisar Rp 90.000 hingga Rp 100.000.  

Baca juga: Viral, Warga Ponorogo Cari Orang Hilang Pakai Cara Buk Buk Teng, Diduga Diculik Makhluk Halus

Sistem kerja diatur secara bergiliran oleh koordinator, untuk memastikan semua tukang ojek mendapatkan kesempatan yang sama. Meski begitu, jumlah wisatawan yang menurun sejak pandemi membuat pendapatan mereka tidak sebesar sebelumnya.  

Di area wisata Gunung Kelud ini memiliki keindahan alam yang memukau, termasuk kawahnya yang menjadi magnet utama wisatawan. Sepanjang perjalanan menuju kawah, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dan membeli nanas khas Gunung Kelud dengan harga Rp10.000 per ikat.  

Namun, daya tarik kawasan ini dianggap mulai menurun. Setelah letusan Gunung Kelud pada 2014, banyak spot wisata yang menarik, seperti pemandian air panas, harus ditutup karena akses yang sulit dan berbahaya. Hal ini menyebabkan wisatawan hanya terfokus pada kawah, sehingga pilihan aktivitas menjadi terbatas.  

"Daya tarik Gunung Kelud saat ini hanya kawahnya. Sebelumnya, banyak spot menarik yang sekarang tidak lagi bisa diakses. Kami berharap pemerintah dapat membangun kembali fasilitas wisata yang ada," kata Bagus.  
  
Kondisi serupa juga terlihat di Taman Agro Margomulyo, yang dulu menjadi salah satu daya tarik utama. Dengan berbagai bunga dan tanaman hias yang indah, taman ini pernah menjadi tujuan favorit, terutama bagi anak muda. Namun, setelah pandemi, taman ini terbengkalai dan dipenuhi semak belukar.  

Baca juga: Balik Main di JIS, Persija Bakal Pincang saat Lawan PSS Sleman, 1 Pemain Masih Harus Menepi

"Dulu tempat ini sangat indah dan menjadi favorit. Sekarang, kondisinya memprihatinkan. Semoga ada upaya dari pemerintah untuk menghidupkan kembali tempat ini," ujar Romi Sujianto. 

Romi juga berharap tarif ojek dapat diturunkan agar lebih terjangkau bagi semua kalangan. Selain itu, ia menginginkan lebih banyak wahana dan fasilitas di kawasan Gunung Kelud untuk meningkatkan daya tariknya.  

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved