Berita Jombang

Tingginya Permintaan Warangka Keris di Bulan Suro, Perajin di Jombang Raup Omzet hingga Rp10 Juta

Tradisi penjamasan keris, yakni prosesi membersihkan dan merawat pusaka, yang umum dilakukan pada bulan Suro.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/Anggit Puji Widodo
BULAN SURO: Sudahri (55) Pengrajin Warangka aal Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur saat Memoles Warangsa Pesanan Pembeli, Selasa (24/6/2025). Untung melimpah dari Warangka saat bulan suro. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jombang - Bulan Suro, bulan pertama dalam penanggalan Jawa, membawa berkah tersendiri bagi para pelaku usaha kerajinan pusaka. Bagi Sudahri (55), perajin warangka keris asal Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, selalu menjadi periode paling sibuk dalam setahun.

Tradisi penjamasan keris, yakni prosesi membersihkan dan merawat pusaka, yang umum dilakukan pada bulan Suro, turut mendorong lonjakan pesanan warangka atau sarung keris. Banyak pemilik pusaka memilih mengganti warangka lama mereka demi menjaga nilai estetika dan kelestarian benda pusaka tersebut.

“Biasanya dalam sehari saya hanya membuat 7 sampai 8 warangka. Tapi saat Suro, pesanan bisa melonjak jadi 25 per hari. Jadi semua harus antre,” ujar Sudahri saat ditemui di lapaknya di Pasar Loak Mojotrisno, Mojoagung, Selasa (24/6/2025).

Baca juga: Rumor Simone Inzaghi Disebut Jadi Alasan Inter Milan Kalah di Final UCL, Wingback Belanda Membantah

Menurutnya peningkatan pesanan sudah mulai terasa sejak akhir Mei. Puncaknya terjadi sejak awal Juni hingga sekitar satu minggu setelah malam 1 Suro. Saat ini, ia tengah menyelesaikan puluhan pesanan dari pelanggan yang datang tidak hanya dari Jombang, tapi juga dari daerah lain seperti Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya.

Tak sedikit pelanggan yang juga meminta jasa penjamasan lengkap sebelum warangka diganti. Untuk itu, Sudahri menjalankan prosesi bancakan—ritual doa keselamatan—di rumah sebelum memulai perawatan keris.

“Ada juga yang minta kerisnya dijamas dulu. Itu harus saya bawa pulang dan diadakan bancakan agar aman dan sesuai tradisi,” tuturnya.

Baca juga: Pulang Usai Ancaman Teror Bom, Jemaah Haji Jember Ceritakan Momen Menegangkan di Bandara Kualanamu

Selama periode Suro, pendapatan Sudahri bisa menembus Rp10 juta. Di luar bulan tersebut, penghasilannya bervariasi antara Rp1,5 juta hingga Rp5 juta, tergantung jumlah pesanan dan penjualan keris antik koleksi.

Sudahri mengerjakan berbagai bentuk warangka seperti gayaman, ladrang, galih asem, pelokan, dan kayu kembang. Jenis pelokan disebutnya sebagai yang paling banyak diminati, terutama untuk keris tilam. Sementara warangka betok juga cukup digemari sebagai sarung keris jenis sandang walikat.

Baca juga: Ujian Berat Persija Gaet 2 Pemain Keturunan Timnas Indonesia, 4 Tim Luar Negeri Ikut Ngantri

Namun tidak semua jenis warangka mudah dikerjakan. Warangka ladrang, misalnya, memerlukan keahlian dan bahan khusus.

“Warangka ladrang cukup sulit dibuat. Minimal kayu harus 6 sentimeter tebalnya, dan modelnya juga penuh lengkungan,” jelasnya.

Dalam sehari, ia menargetkan menyelesaikan minimal empat warangka, tergantung tingkat kerumitan desain. Harga warangka pun bervariasi. Untuk bahan kayu kembang, harga mulai dari Rp150 ribu, sedangkan warangka berbahan kayu langka seperti timoho atau cendana bisa mencapai Rp17 juta per buah.

Selain pembuatan warangka, Sudahri juga menyediakan layanan perawatan keris secara menyeluruh. Mulai dari penjamasan, perbaikan fisik, hingga marangi—proses pewarangan yang bertujuan mempertajam pamor atau motif logam pada bilah keris agar tetap terlihat jelas dan terawat.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved