Berita Malang

Demam Tamiya Kembali Menggeliat di Malang, Pelampiasan Nostalgia Masa Kecil 

Kini setelah beranjak dewasa, mereka dulu tidak mampu beli melampiaskan di masa saat ini dan menjadikannya sebagai hobi rekreasional.

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/Kukuh Kurniawan
TAMIYA: Lintasan di Toko Monster Tamiya yang kerap jadi tempat penghobi mencoba oprekan mobil Tamiya, Minggu (13/7/2025). Diketahui, mainan Mini 4 WD Tamiya yang populer di era tahun 90-an kini kembali digemari di Kota Malang dan tidak hanya digemari anak-anak tetapi kalangan orang dewasa. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Malang – Di era 90-an tidak semua anak bisa memiliki mainan mini 4WD Tamiya, yang sangat populer karena harganya yang mahal di masa itu. Kini setelah beranjak dewasa, mereka dulu tidak mampu beli melampiaskan di masa saat ini. 

Itulah yang membuat Tamiya kini kembali populer salah satunya di Kota Malang. Bukan hanya anak-anak yang memainkan mobil mungil ini, tetapi juga para orang dewasa yang menjadikannya sebagai hobi rekreasional sekaligus bentuk nostalgia masa kecil.

Salah satu pusat aktivitas komunitas Tamiya di Malang bisa ditemukan di Monster Tamiya, sebuah toko sekaligus arena bermain yang terletak di Jalan Monstera Hijau, Kecamatan Lowokwaru. 

Baca juga: Baru Saja Perkuat Persib Bandung di Piala Presiden, 1 Pemain Muda Sudah Ganti Seragam

Di tempat ini, para penggemar Tamiya berkumpul secara rutin. Ada yang sibuk merakit damper, mengganti dinamo, atau menguji performa mobil modifikasi mereka di lintasan yang penuh tikungan tajam dan rintangan teknikal.

Bagi Herman, salah satu penghobi Tamiya di Malang, aktivitas ini bukan sekadar permainan biasa. Ia menyebutnya sebagai “pelampiasan masa kecil” yang kini bisa dinikmati dengan lebih leluasa.

"Kalau dibilang hobi, ya hobi. Tapi juga bentuk pelampiasan masa kecil. Dulu saat kecil uang jajan harus ditabung untuk beli Tamiya, sekarang sudah kerja dan punya penghasilan sendiri, jadi bebas merakit dan modif," kata Herman kepada TribunJatim.com, Minggu (13/7/2025).

Baca juga: Tabrakan Dua Motor di Situbondo, Dua Remaja Luka Parah, Satu Dirujuk ke RS Jember

Herman mulai menekuni dunia Tamiya secara serius sejak 2016. Ia menceritakan awal ketertarikannya dimulai dari kelas STO (Standard Tune Only), namun karena peminatnya semakin berkurang, ia beralih ke kelas modifikasi damper yang lebih menantang.

Lebih dari sekadar hobi, menurutnya Tamiya juga melatih banyak keterampilan.

"Selain untuk nostalgia masa kecil, juga sebagai penyalur stres dari rutinitas kerja. Kita dituntut teliti, sabar, dan memahami teknik dasar mekanik," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Wahyu Hidayat, pemilik toko Monster Tamiya. Ia mengamati tren Tamiya sebenarnya tak pernah benar-benar hilang, justru selalu ada penggemar baru setiap tahunnya.

Baca juga: Jakmania Siap-siap, 1 Pemain Asing Disebut Bakal Bergabung dengan Persija Hari Ini 13 Juli 2025

"Menurut saya, hobi ini tidak pernah surut dan terus eksis. Kebanyakan penghobinya justru orang dewasa, mulai usia 25 sampai 50 tahun," ungkap Wahyu.

Ia menambahkan, memulai hobi Tamiya tidak membutuhkan biaya besar. Beberapa jenis kit seperti Aero Avante, Flame Astute, dan Beakstinger dibanderol sekitar Rp 150 ribuan, sementara versi lebih lengkap seperti Brown Racer dan Advanced Pack bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 400 ribu.

Setelah memiliki kit dasar, proses selanjutnya adalah menyempurnakan performa mobil melalui modifikasi atau setting. Komponen seperti roller, damper, baterai, dan dinamo sangat mempengaruhi kecepatan dan kestabilan mobil saat melaju di lintasan.

Namun, menurut Wahyu, kecepatan bukanlah segalanya. Stabilitas justru menjadi faktor kunci yang tak boleh diabaikan, terutama karena karakter lintasan Tamiya saat ini semakin menantang.

Baca juga: TERUNGKAP Obrolan Grup WA Pemain Inter Milan, Ngebet Balas Dendam Kegagalan Raih Scudetto Musim Lalu

"Lintasan sekarang lebih teknikal. Ada tanjakan, tikungan tajam, bahkan sedikit lompatan. Jadi, kecepatan dan kestabilan harus seimbang. Kalau tidak, mobil bisa sering keluar lintasan," jelasnya.

Fenomena kembalinya Tamiya di Malang bukan hanya mencerminkan kerinduan terhadap masa lalu, tetapi juga menunjukkan hobi ini telah berevolusi menjadi ruang interaksi sosial lintas generasi. 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved