Hari Jadi Situbondo
Harjakasi ke-207, Bupati Rio Usung Konsep “Miniatur Indonesia” Lewat Baju Adat Nusantara
Jika sebelumnya pakai khas Situbondo, Rasok Agung, dengan dominasi warna hitam dan emas, tahun ini baju adat Nusantara menjadi pilihan.
Penulis: Izi Hartono | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Situbondo - Perayaan Hari Jadi Kabupaten Situbondo (Harjakasi) ke-207, yang digelar di Alun-alun Situbondo, tampil berbeda dari tahun sebelumnya, Jumat (16/8/2025).
Jika pada peringatan Harjakasi ke-206 seluruh peserta upacara mengenakan pakaian khas Situbondo, Rasok Agung, dengan dominasi warna hitam dan emas, tahun ini baju adat Nusantara menjadi pilihan.
Bupati dan Wakil Bupati Situbondo, jajaran Forkopimda, hingga pejabat OPD tampil mengenakan beragam baju adat dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Bali, Madura, Minangkabau, Makassar, dan Bugis.
Baca juga: Tarif Ketapang-Gilimanuk Dinilai Tak Adil, Pengusaha Kapal Hanya Terima Setengah dari Harga Tiket
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menyebut konsep ini sengaja diusung untuk menggambarkan keberagaman budaya Indonesia dalam bingkai Situbondo.
“Saya ingin Situbondo menjadi miniatur Indonesia,” ujarnya usai memimpin upacara.
Rio menekankan pentingnya Situbondo memiliki unique selling point yang membedakannya dari kabupaten lain. Menurutnya, festival pakaian adat atau karnaval memang bagus, tetapi Situbondo harus punya identitas budaya yang kuat dan berdampak lebih luas, bahkan hingga tingkat Jawa Timur dan nasional.
Baca juga: Kios PASTI Kembali Beroperasi, Upaya Pemkab Pasuruan Tekan Laju Inflasi
Ia mencontohkan potensi besar yang dimiliki daerahnya, mulai dari tradisi pesantren dan santri, hingga kegiatan budaya seperti Ancak Agung dan pembacaan Sholawat Burdah di tengah laut.
“Saya membayangkan kegiatan ini kelak bisa dihadiri negara-negara tetangga yang mayoritas muslim. Kita arahkan ke sana, supaya wisatawan datang ke Situbondo,” ungkapnya.
Rio juga ingin menjadikan permainan tradisional sebagai daya tarik wisata yang melekat pada nama Situbondo.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Banyuwangi dan Jember Jumat 15 Agustus 2025, Cerah Berawan, Udara Kabur, dan Kabut
“Insyaallah tahun depan mulai dikenalkan, dan mudah-mudahan dua tahun lagi sudah lebih sempurna serta memberi dampak positif bagi masyarakat,” katanya.
Selain itu Rio menegaskan fokus pembangunan tetap ada di desa. Baginya, desa adalah pusat pertumbuhan daerah.
“Sumbu pembangunan bukan di kota, yang utama ada di desa,” tegasnya.
Pemerintah kabupaten, lanjutnya, menyesuaikan program dengan visi misi, salah satunya di bidang UMKM. Kepala desa sebagai unit terkecil di pemerintahan diminta menjalankan program tersebut dengan optimal, apalagi anggaran sudah disebar ke desa.
Baca juga: Jaga-jaga Xavi Simons dan Alejandro Garnacho Gagal Gabung, Chelsea Kans Lirik Lagi Rekan Cole Palmer
“Di kota paling perbaikan infrastruktur, tapi di desa lah sumber-sumbernya. Termasuk program pelatihan untuk mengurangi pengangguran terbuka,” jelasnya.
Rio menjelaskan pakaian yang dikenakannya pada upacara kali ini merupakan hasil kolaborasi gaya Jawa, Situbondo, dan aksen Madura.
“Jawa Situbondo,” tambahnya.
(TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.