Idul Adha 2023

Sate Panjang Tradisi Unik Ponpes Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha

Penulis: Danendra Kusuma
Editor: Sri Wahyunik
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Antusias para santri Pondok Pesantren Bani Rancang saat membakar sate di panggangan sepanjang 100 meter dalam gelaran tradisi sate lanjheng, Kamis (30/6/2023)

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, PROBOLINGGO - Pondok Pesantren (Ponpes) Bani Rancang yang berlokasi Dusun Kalisat, Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, memiliki tradisi unik saat perayaan Idul Idha.

Tradisi itu dinamai sate lanjheng atau sate panjang.

Dalam gelaran tradisi itu, para santri membakar sate di panggangan berukuran super panjang, yakni ratusan meter.

Sesudah matang, mereka menyantap sate itu dengan nasi beralas daun pisang bersama-sama.

Pengasuh Ponpes Bani Rancang, Gus Hasan Mu'tasimbillah mengatakan tradisi sate lanjheng rutin dilaksanakan di momen Idul Adha.

Pada tahun ini, Ponpes menyiapkan 2.000 tusuk sate kambing bagi para santri.

Pihaknya juga membuat panggangan sate sepanjang 100 meter dari batu bata putih yang berderet di atas jalan dalam Ponpes. Panggangan itu dipenuhi 100 kg arang.

"Tradisi sate lanjheng kami gelar untuk merayakan Idul Adha," katanya, Jumat (30/6/2023).

Dia menjelaskan, pelaksanaan tradisi sate lanjheng ini memang ditunggu-tunggu oleh santri karena menjadi hiburan.

Baca juga: Profil Nafhafirah, Sosok TikToker Viral Karena Konten Naksir dengan Komika Mamat Alkatiri


Sebab, santri tidak diperbolehkan pulang kampung saat Hari Raya Idul Adha.

"Tradisi ini dimaksudkan untuk menghibur hati para santri. Mereka tidak diperbolehkan pulang ke rumah ketika Idul Adha. Sebagai pengganti mereka bisa menikmati sate bersama-sama di Ponpes. Bagi santri ini kenikmatan yang luar biasa," jelasnya.

Seorang santriwati, Fatimatus Zahro (16) menyebut, sate lanjheng merupakan tradisi di Ponpes Bani Rancang pada Idul Adha.

Fatima -sapaannya- tampak antusias mengikuti tradisi tersebut.

"Kami bisa bakar sater bareng teman-teman. Seru sekali," sebutnya.

Santriwati lain, Siti Fatimah (18) mengungkapkan ada 600 santri yang turut serta dalam tradisi itu.

Dia berharap tradisi sate lanjheng bisa lestari.

"Kami merasakan keseruan dan kebahagiaan. Meski saya membakar sate terlalu matang. Semoga di tahun-tahun berikutnya tradisi ini terus dilaksanakan," ungkapnya.

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

(Danendra Kusuma/TribunJatimTimur.com)