Wisata Anggrek Kota Batu

Eksotisme Kampung Wisata Anggrek Dadaprejo Kota Batu, Kurangi Pengangguran Omzet Capai Miliaran

Editor: Sri Wahyunik
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung saat melihat keeksotisan bunga anggrek di Kampung Anggrek DD Orchid Nursery Kelurahan Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BATU - Kota Batu memiliki banyak kampung wisata yang memiliki potensi menarik wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk datang.

Ini membuat Kota Batu tidak hanya dikenal dengan wisata buatan serta alaminya saja, namun juga karena banyaknya desa tematik yang ada. Bahkan Kota Batu merupakan Kota di Jawa Timur yang paling banyak memiliki desa tematik.

Dari banyaknya kampung wisata di Kota Batu, Kelurahan Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu memiliki salah sayu daya tarik tersendiri yakni Kampung Wisata Anggrek.

Kampung wisata anggrek di Dadaprejo ini memiliki keeksotisan tersendiri, sebab selain karena ada puluhan ribu jenis tanaman anggrek hasil penyilangan sendiri, omzet yang dihasilkan dari budidaya anggrek itu sendiri mencapai miliaran rupiah hingga mampu mengurangi angka pengangguran di sana.

Apabila ditempuh menggunakan sepeda motor dari Alun-alun Kota Batu hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menuju ke Kampung Wisata Anggrek, Gang Orchid Kelurahan Dadaprejo Kota Batu.

Di sana mata wisatawan akan dimanjakan dengan puluhan ribu jenis tanaman anggrek hasil penyilangan sosok pencetus Kampung Anggrek di Dadaprejo bernama Dedek Setia Santoso 'DD Orchid Nursery' pria berusia 43 tahun yang bertempat tinggal di Jalan Martorejo RT 03 RW 03 Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu.

Dedek sapaan akrabnya sukses menyilangkan berbagai jenis tanaman anggrek yang memiliki kualitas unggul dengan harga yang bervariasi. Menurutnya dalam melakukan penyilangan spesies anggrek memiliki kesulitan tersendiri dan tidak dapat asal silang. Bahkan huga harus dipertimbangan jam menyilangkannya, baik pagi, siang, sore ataupun malam untuk melahirkan jenis anggrek yang indah.

Ada anggrek Warscewicz's Cattleya, Vandachostylis Pinky, Dendrobium Whisnu silangan dari Dendrobium Vian dengan Dendrobium Black Mamba, Vanda Lombokensis, Cattleya Brabantiae, Myrmecocattleya Emma Solossa, hingga ada tanaman anggrek hasil silangan Dedek yang diberikan khusus untuk Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai dan diberi nama 'Dendrobium Aries Agung Paewai' sebagai varietas silangan dari indukan Dendrobium Damarwulan dan Dendrobium Oryen.

Dari ribuan jenis anggrek, ada anggrek paling eksotis karena harganya yang mencapai Rp 200 juta. Anggrek jenis Discolor Tanimbar milik Dedek ini memiliki harga selangit karena ukurannya yang besar dan jarang orang dapat merawat anggrek jenis tersebut hingga memiliki ukuran yang dimiliki Dedek.

Dengan kebun seluas setengah hektar lebih, Dedek yang sebelumnya pernah menjadi kuli bangunan, kini memiliki sebanyak 50 karyawan yang diambil dari warga sekitar Kelurahan Dadaprejo. Selain memperkerjakan warga sekitar, untuk mengurangi angka pengangguran di desanya, Dedek juga mengajak ratusan warga Dadaprejo untuk menjadi petani anggrek, dan terhimpun dalam kelompok tani bernama Kelompok Tani Sanderiana Kota Batu.

Sebelum berhasil menjadi petani anggrek yang sukses dengan omzet miliaran seperti saat ini, ia telah bergulat dengan kesulitan dan banyak penolakan dalam membangun usaha budidaya anggreknya ini. Ia sempat mendaftar kerja setelah lulus kuliah tahun 2005 silam, namun selalu ditolak. Ia pernah mencoba peruntungan bekerja ditempat catering, usaha ternak sapi perah dan menjadi kuli, namun tak ada yang berhasil. Hingga akhirnya ia menekuni hobinya di bidang tanaman anggrek.

Bagi Dedek tanaman anggrek selain indah karena bunganya yang eksotis juga secara harga cenderung stabil sejak dulu hingga saat ini.

"Awalnya cari kerja sana sini tidak dapat, akhirnya menekuni hobi tanaman hias anggrek ini. Modal awal Rp 25 ribu. Sekarang alhamdulilah omzet pernah mencapai Rp 2 miliar dalam sebulan bersama kelompok tani. Itu omzet saya paling tinggi, saat Pandemi Covid-19. Kalau saat ini sekitar Rp 300-400 juta per bulan. Kami juga ikut pameran dan ekspor ke luar negeri," kata Dedek Setia Santoso, Kamis (22/2/2024).

Dedek lantas menceritakan sebelum Kelurahan Dadaprejo banyak petani anggrek dan menjadi Kampung Wisata Anggrek seperti saat ini. Awalnya ia mengawali pelatihan budidaya tanaman anggrek dengan hanya diikuti lima warga saja. Dari lima warga yang mengikuti pelatihan padanya, hanya satu orang warga yang berhasil sedangkan 4 orang lainnya gagal. Dari kegagalan itu, Dedek mencari penyebab kegagalannya.

Kegagalannya terjadi karena proses menanam tanaman anggrek memerlukan waktu yang lama, sehingga diperlukan kesabaran dan keuletan. Mulai menanam sampai berbunga, diperlukan waktu 2 tahun lebih. 

"Selain itu anggrek tidak bisa dimakan, dan warga bingung untuk jualnya di mana, akhirnya tidak banyak yang berhasil saat itu. Tapi setelah berjalannya waktu tahun 2017 di desa ini mulai bertambah menjadi 25 petani, dan sekarang total sudah 120 lebih petani mitra di desa kami," ujarnya.

Baca juga: Harga Beras Medium di Jember Turun Rp 200, Beras Premium Bertahan Rp 15.800 per Kg

Selain memberi pelatihan kepada warga di Kelurahan Dadaprejo hingga memiliki kelompok tani, Dedek juga memberikan pelatihan soal anggrek pada siswa serta mahasiswa yang magang ditempatnya dari SMA/SMK maupun perguruan tinggi. Diharapkan setelah selesai magang para siswa dan mahasiswa tersebut dapat budidaya tanaman anggrek sendiri dan bisa berjualan lewat online.

Dulu dari lahan yang awalnya hanya 1,5 meter, kini meluas menjadi 5000 meter persegi atau setengah hektar yang dimiliki Dedek. Sedangkan jika dijumlahkan keseluruhan dengan lahan yang dimiliki petani mitra, total sebanyak 4 hektar.

"Selain tanaman anggrek, kami juga mendorong usaha warga yang lain seperti gerabah dan batik anggrek. Dengan menggandeng pemuda karang taruna dan ibu-ibu PKK. Sehingga mata pencarian warga semakin banyak," jelasnya.

Sementara itu Lurah Dadaprejo, Fifi Rahmawati menambahkan, dengan adanya Kampung Wisata Anggrek di Dadaprejo, dapat mendongkrak ekonomi warga sekitar dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di desa tersebut.

"Jadi kami memang mengembangkan kawasan wisata kampung anggrek dan akhirnya kami tercetus untuk membuat paket wisata untuk para wisatawan," tutur Fifi Rahmawati.

Melalui paket wisata, pengunjung sudah dapat mengikuti pelatihan budidaya bunga anggrek dan keliling di kebun anggrek, serta belajar banyak tentang bunga anggrek yang diyakini selalu 'hits' disegala musim. Kini dari usaha kampung anggrek itu, perekonomian di Kelurahan Dadaprejo sudah menyentuh angka miliaran dan pengunjung yang datang tidak hanya dari Malang Raya saja, namun juga dari Jabodetabek dan luar negeri.

"Kunjungan perbulan sekitar 1000 orang lebih, jumlah ini belum termasuk yang ikut pelatihan budidaya bunga anggrek. Setiap ada pengunjung yang datang rombongan dan reservasi terlebih dahulu, kami gilir tiap dusun untuk catering makan, jadi perekonomian merata. Dari situ sudah mengurangi angka pengangguran, dan sekarang hampir tidak ada laporan soal pengangguran," pungkasnya.

Selain memiliki kampung anggrek, Dadaprejo kini juga tengah mengembangkan usaha batik, keramik dan gerabah. Untuk batik dengan motif anggrek, menurut Fifi saat ini pemesanan sudah ratusan pack setiap bulan. Pesanan tidak hanya datang dari kantor-kantor yang ada di Batu saja, namun juga kantor-kantor pemerintahan luar Kota Batu.

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(Dya Ayu/TribunJatimTimur.com)