TRIBUNJATIMTIMUR.COM, SITUBONDO - Sebanyak 23 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Situbondo, ternyata belum Open Defecation Free (ODF) atau masih buang air besar sembarangan.
Puluhan desa ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Situbondo, dr Sandi saat acara rapat koordinasi percepatan ODF di Pemkab Situbondo, Kamis (02/5/2024).
Menurut mantan Direktur RSU Asembagus ini mengatakan, berdasarkan intruksi Gubernur Jawa Timur, pada tahun 2024 ini Kabupaten Situbondo harus bebas ODF.
"Artinya Situbondo harus sudah tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan," ujarnya saat memberikan sambutan di hadapan kades dan kepala Puskesmas di ruang lantai dua Pemkab Situbondo.
dr Sandi mengungkapkan, sampai saat ini puluhan desa di Kabupaten Situbondo masih belum ODF.
Maka dari itu, kata Sandi, untuk memenuhi instruksi gubernur itu perlu dikoordinasikan untuk mempercepat target di tahun 2024 sudah ODF.
"Dari data Dinas Kesehatan, ada 23 desa yang belum ODF," ungkapnya.
23 desa yang belum ODF, kata dr Sandi, yaitu Desa Jatisari, Ketowan, Jetis, Widoro Payung, Curah Suri, Kembangsari, Patemon, Semambung, Sumberanyar, Dawuan, Blitok, Mlandingan Wetan, Alasbayur, Campoan, Sumberanyar.
Selain itu, sambungnya, Desa Rajekwes, Bugeman, Tambak Ukir, Klampokan, Kandang, Peleyan, Wonokoyo dan Gadingan.
"Hari ini kami berharap apa yang menjadi kendala dan hambatan desa desa yang disebut bisa ODF. Dan kami target bulan Juni sudah selesai," tegasnya.
Untuk itu, kata Sandi, pihaknya sengaja mengundang dari Dinas Kesehatan Jawa Timur, agar memberikan masukan sesuai regulasi.
"Kami butuh arahanya, karena emarin yang mendatangi kometmen itu pak Sekda bersama seluruh kabupaten yang belum ODF," harapnya.
Sementara tiu, Sekdakab Situbondo, Wawan Setiawan mengatakan, 23 desa yang belum ODF itu, rata-rata desanya dilalui sungai.
Wawan menjelaskan, belum selesainya penanganan ODF bukan hanya di Situbondo, akan tetapi di kabupaten lain masih banyak belum selesai.
"Bahkan ada kota yang belum ODF, bayangkan itu seperti apa," ujarnya mengawali sambutannya.
ODF ini, kata Wawan, tidak hanya dipandang dari sarana dan prasarananya atau terpenuhi MCK saja.
"Saya bersyukur di Situbondo hanya menyisakan dua persen saja yang belum ODF," katanya.
Wawan menjelaskan, bukan faktor pembangunan di desa, melainkan lebih banyak pada pengeseran budaya .
"Mindset masyarakat perlu kita geserkan, dari mereka yang biasa buang air besar di sungai. Makanya mindset kalau tidak di sungai tidak keluar, dan paradikma ini harus dicabut pak tinggi," pinta Wawan.
Wawan meminta untuk bersama-sama mengikis budaya itu, dengan mengikis budaya baru.
"Budaya itu bertahan karena ada yang mempertahankan," ucapnya.
Dikatakan, tuntutan hidup dan pola sehat tidak dapat ditunda, maka di Tahun 2024 ini desa-desa sudah harus ODF seluruhnya.
Karena, sambungnya, Jawa Timur sering dijadikan barometer dalam rangka untuk kesuksesan program-program ditingkat nasional.
"Tentunya kita fokus 23 desa di Tahun 2025 ini diharapkan bisa ODF semua," pungkasnya.
Baca juga: Berikut Elektabilitas Fawait, Hendy, dan Faida di Pilkada Jember 2024, Hasil Survei ARCI
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)