TRIBUNJATIMTIMUR.COM, GRESIK – Di balik suasana pedesaan yang tenang di Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, tersembunyi sebuah potensi ekonomi yang sedang berkembang pesat: peternakan kambing terpadu.
Desa yang berada 40 kilometer dari Kabupaten Gresik, bertetangga langsung dengan Kabupaten Mojokerto ini, tak hanya mengandalkan penjualan daging atau anak kambing.
Para peternak di sini juga berhasil mengolah produk turunan seperti susu kambing segar hingga sabun alami berbahan dasar susu kambing yang kini makin diminati masyarakat.
Salah satu pelopor peternakan modern di desa ini adalah Libi, berusia 37 tahun, seorang karyawan aktif di PLN yang sekaligus menjadi pemilik peternakan “Omiebie”.
Di tengah kesibukannya sebagai pegawai, ia tetap semangat mengelola usaha sampingan yang justru kini mendatangkan pendapatan hampir mengalahkan gajinya.
Libi menceritakan awal mula dirinya terjun ke dunia peternakan. Semua bermula saat pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020. Kegiatan di luar rumah terbatas, namun tenaga dan waktu luang melimpah.
Dari situ, Libi mulai melirik dunia peternakan dengan serius, apalagi ia memiliki teman yang sudah lebih dulu berkecimpung di bidang ini.
“Awalnya waktu covid-19 tahun 2020 banyak pekerjaan yang tidak bisa kita kerjakan di luar, sehingga banyak tenaga berlebih harus disalurkan, delalah punya teman yang berkecimpung di peternakan saya lihat potensinya bagus saya pelajari dari 2020 sampai 2025 alhamdulilah sangat menggiurkan bahkan untuk pendapatan perbulan di rata-rata bisa mengalahkan gaji saya di kantor,” ucap Libi.
Peternakan milik Libi kini memiliki sekitar 130 ekor kambing produktif, dengan jenis unggulan seperti Peranakan Ettawa (PE), Sapera, dan yang terbaru Burja — jenis kambing hasil persilangan yang digadang-gadang sebagai “kambing masa depan” karena produktivitas dan kualitasnya tinggi.
Dalam setahun, ia membagi masa kelahiran menjadi dua semester. Setiap semester, sekitar 25-30 ekor cempe (anak kambing) lahir dan dijual dengan harga rata-rata Rp1,5 juta per ekor.
“Kalau kita hitung, dari cempe saja satu semester bisa dapat Rp 35 juta. Dua semester Rp 70 juta setahun,” jelasnya.
Baca juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Pemkab Pasuruan Gelar Upacara Bendera di Halaman Kantor Bupati
Selain itu, susu kambing yang diperah tiap hari menghasilkan omzet sekitar Rp3-4 juta per bulan. Tidak hanya dijual dalam bentuk segar, Libi juga mengolahnya menjadi sabun batang alami.
Sabun ini dipercaya memiliki manfaat untuk mengatasi kulit kering, menjaga kelembapan, dan mengurangi bercak hitam di kulit.
Tak ketinggalan, limbah kandang juga dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang laris manis untuk pertanian, terutama di kalangan petani lokal.
Dari pupuk ini saja, ia bisa mengantongi hingga Rp8 juta bersih setiap semester.