Berita Malang
Nanik Sujiati, Ibu Rumah Tangga Sukses Membuka Usaha Bakso Bakar
Nanik Sujiati, seorang ibu rumah tangga di Dau, Malang sukses menjadi pengusaha bakso bakar
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, MALANG – Nanik Sujiati (53), merupakan Owner dari Warung Lesehan Bambu Wulung Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Berlokasi di Jl. Raya Sumbersekar, RT.7/RW 3 Banjartengah, Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Warung bambu wulung ini memiliki menu yang menjadi favorit dari para pembeli yaitu Bakso Bakar.
Dalam membangun bisnis yang ia geluti, Nanik Sujiati pernah mengalami yang namanya jatuh bangun.
Berawal dari menjadi ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan, ia kebingungan ketika anak semata wayangnya akan bersekolah.
Kemudian, Nanik Sujiati mencoba untuk berjualan bakso. Berdasarkan ide yang didapat dari suaminya, Mulyono (54).
Mulyono memberikan inovasi terbaru untuk membuat bakso yang memiliki varian berbeda dan belum ada yang memproduksi khususnya di Kecamatan Dau. Terciptalah ide untuk membuat bakso bakar.
“Suami bilang ke saya, jangan buat bakso biasa karena sudah banyak yang memproduksi. Kalau buat bakso bakar hanya ada di Kota Malang saja. Sedangkan di Desa belum ada, akhirnya saya buka usaha bakso bakar di Kecamatan Dau, mengingat belum ada yang membuka usaha ini,” ujar Nanik.
Modal awal membangun bisnis, ketika Mulyono memiliki uang modal sebesar Rp 3.000.000. Uang tersebut oleh Nanik dibelikan keperluan peralatan untuk membuat bakso seperti meja, mangkok, kompor, dan lain-lain.
Menurut Nanik, modal Rp 3.000.000 di tahun 2005 sudah banyak dan memiliki sisa uang modal.
Awalnya Nanik membuat bakso bakar dalam porsi yang sedikit yaitu pentol halus satu kilogram, dan pentol kasar satu kilogram.
Dengan jerih payah dan ketelatenan yang Nanik tekuni, penjualan dari bakso bakar membuahkan hasil yaitu mengalami peningkatan.
“Ketika penjualan mengalami peningkatan, saya buat bakso bakar menjadi lima kilogram. Jadi, kalau buat 5 kilogram pentol halus, dan 5 kilogram pentol kasar menjadi 1000 biji pentol,” tutur Nanik.
Ketika berjualan bakso bakar sudah berjalan selama enam bulan dan mengandalkan satu karyawan, Nanik yang awalnya menyewa lokasi berjualan bisa membangun sedikit demi sedikit Warung Lesehan Bambu Wulung.
Keistimewaan dari Warung Lesehan Bambu Wulung adalah bangunannya terbuat dari bambu wulung yang berwarna hitam. Nanik memperolehnya di Desa Kucur, Kecamatan Dau.
“Kata suami biar beda jika memakai bambu wulung berwarna hitam dan mudah diingat oleh orang,” ungkap Nanik.
Nanik Sujiati mengatakan, ia pernah membuka cabang di belakang kampus Universitas Muhammadiyah Malang dan Beji, Kota Batu. Tetapi, peminatnya kurang dan sepi berakhir dengan penutupan usaha.
“Kalau di Kota Batu itu kan arah jalannya kebanyakan menurun, jadi orang cenderung sering tidak melihat bahwa ada bakso bakar di situ. Terus seperti tersisihkan dikarenakan banyaknya bangunan besar, sepi banget. Kalau di belakang Unmuh (Universitas Muhammadiyah Malang), anak-anak Unmuh lebih senangnya ke warung bambu lesehan karena ada pemandangan gunung dan sawah yang indah, dan bisa jalan-jalan. Kalau disini kan pemandangannya yang bagus. Mungkin rezeki saya ada di warung bambu lesehan ini, meskipun rame atau sepi tetap dijalani,” tutur Nanik.
Nanik Sujiati menceritakan, penjualan yang menguras kantong keuangannya ketika Covid-19 datang, ia harus benar-benar membangun bisnisnya mulai dari awal.
“Jalan di Batu itu kan ditutup ya, jadi orang Batu mau makan di sini sangat sulit, yang dari Malang Raya masih takut datang kesini karena Covid-19. Jadinya, warung tutup selama 3 bulan ditambah lagi saya yang sakit. Jadi, 5 bulan saya tidak berjualan. Kalau hari biasa sepi, hari raya jualan tapi masih sepi banget. Saya juga kasian sama karyawan, saya menyuruh karyawan untuk tetap buka meskipun dengan keuntungan penjualan yang seadanya yang penting bisa untuk membayar gaji karyawan,” ungkapnya.
Dia mengaku mengalami kerugian selama pandemi Covid-19 kemarin. Cara Nanik Sujiati bangkit dari keterpurukan dan memulai kembali usahanya pasca Covid-19 adalah dengan mengandalkan uang tabungan Mulyono.
Menurut Nanik Sujiati , Mulyono adalah orang yang dapat mengelola keuangan secara baik.
Ketika warung lesehan yang sudah ia geluti selama 17 tahun mengalami peningkatan pembeli yang begitu pesat, Mulyono dengan cekatan menyimpan hasil penjualan di tabungan yang berbeda dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
“Saya mengandalkan hasil tabungan penjualan untuk membangun usaha dari awal. Dan cara bangun bisnis kembali pasca Covid 19 tidak pernah utang ke bank. Suami juga gak mau punya utang ke bank,” tutur Nanik.
Cara Nanik Sujiati mempertahankan usaha bisnisnya di era gempuran bakso bakar lainnya adalah tidak akan pernah mengurangi takaran bahan dalam pembuatan bakso bakar.
Nanik Sujiati selalu menerapkan prinsip jujur, di warung lesehan bambu wulung miliknya tidak ada mesin kasir dan CCTV. Ia sangat percaya dan pasrah pada kinerja karyawan.
“Di sini tidak ada mesin kasir, pernah ditawarkan mesin kasir tetapi karyawan disini rata-rata ibu rumah tangga yang sudah tua dan akan kesulitan mengenal mesin kasir, akhirnya lebih memilih untuk manual. Suami dulu pingin pasang CCTV, tetapi takut karyawan menjadi takut karena gerak-geriknya akan selalu diawasi,” ungkap Nanik.
Pesan Nanik Sujiati kepada ibu rumah tangga yang ingin memulai usaha adalah kembangkan bakat yang kita punya.
“Dulu sebelum ingin membuka usaha bakso, saya ingin membuka usaha toko roti dan kue basah. Tetapi, kendalanya daya beli masih kurang dan ingin membuka di daerah Pendem. Saya kan seneng buat roti dan kue basah, dan hobbi masak. Tapi, ya udahlah fokus dalam buat bakso bakar saja,” tutur Nanik.
(Septyana Cahyani Eka Saputri/TribunJatimTimur.com)