Berita Viral

Sang Anak Ungkap Pengobatan Viral Ida Dayak, Bermula dari Jual Minyak Urut Hingga Jarang Pulang

Anak Ida Dayak, Herman Ida Andrian tanggapi pengobatan alternatif viral yang dilakukan oleh ibunya tersebut. Berikut penjelasannya.

Editor: Luky Setiyawan
Kolase Tribunnews.com: TribunKaltim.co/Syaifullah Ibrahi dan Tribunnews.com/Istimewa
(Kiri) Herman Ida Andriani merupakan anak Ida Dayak yang viral di tiktok, saat ditemui dikediamannya di Desa Pasir Belengkong, Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu (5/4/2023) dan (Kanan) Ida Dayak yang menjadi bahan perbicangan karena praktik pengobatannya. Anak Ida Dayak, Herman Ida Andrian tanggapi pengobatan alternatif viral yang dilakukan oleh ibunya tersebut. Berikut penjelasannya. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Anak Ida Dayak, Herman Ida Andrian akhirnya turut menanggapi soal pengobatan alternatif viral yang dilakukan oleh ibunya tersebut. Sang putra sebut bahwa ibunya memulai usaha dari jual minyak urut hingga kini mulai jarang pulang ke rumah.

Seperti yang diketahui, akhir-akhir ini, nama Ida Dayak mulai viral di media sosial karena kemampuannya mengobati segala macam jenis penyakit.

Pengobatan viral milik Ida Dayak tersebut juga kerap dibanjiri warga yang ingin berobat.

Namun, baru-baru ini putra wanita sakti asal Kalimantan Timur, Herman Ida Andrian mengungkap tentang praktik pengobatan milik ibunya itu.

Baca juga: Fakta Ida Dayak Obati Pangeran Arab Saudi, Terima Piagam hingga Foto Bersama Presiden Jokowi

Menurutnya tidak semua penyakit bisa diobati menggunakan teknik yang digunakan oleh Ida Dayak.

"Tidak semua penyakit bisa disembuhkan, ibu juga sudah tahu mana yang bisa disembuhkan dan tidak," kata Herman, dikutip dari TribunKaltim.com.

Herman menerakan, sang ibu selalu terbuka kepada pasien-pasiennya.

Ida Dayak disebut tak ragu memberikan penjelasan soal penyakit yang diderita.

Bahkan termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

"Kalau tidak bisa, pasti ibu menyampaikan tidak sanggup, namun sekiranya masih bisa pasti diusahakan," tambah Herman.

Awal Ida Dayak Lakukan Pengobatan

Herman dalam kesempatannya juga menceritakan praktik pengobatan alternatif yang dilakukan ibunya.

Ida Dayak awalnya hanya menjual minyak urut.

Minyak tersebut merupakan warisan turun temurun dari keluarganya.

Ida Dayak sudah bertahun-tahun menjajakan minyak urut tersebut ditemani sang suami.

Sedangkan praktik pengobatan alternatif baru dilakukan pada 2020 lalu.

"Kalau jualan obat itu sudah bertahun-tahun, sementara untuk melakukan pengobatan ke pasien itu kisaran 3 tahun baru bisa," lanjut Herman.

Keliling ke Daerah-daerah

Warga antre untuk ikut pengobatan alternatif Ida Dayak di Markas Divif 1 Kostrad Cilodong, Kota Depok, Senin (3/4/2023).
Warga antre untuk ikut pengobatan alternatif Ida Dayak di Markas Divif 1 Kostrad Cilodong, Kota Depok, Senin (3/4/2023). (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani)

Herman melanjutkan ceritanya, ibunya selama sini kerap pergi ke daerah-daerah.

Mulai dari Jawa, Sumatra, Papua, hingga Sulawesi.

Biasanya Ida Dayak mengobati pasien yang mengalami masalah tulang akibat kecelakaan.

"Dari dulu, ibu memang sudah berkeliling di berbagai pulau yang ada di Indonesia," kata Herman menegaskan.

Kepopuleran Ida Dayak semakin dikenal juga lewat video-video di media sosial.

Dalam video, terlihat dirinya sedang mengobati para pasiennya.

Ida Dayak menggunakan minyak berwarna merah saat praktik.

Sesekali ia juga tampak menari ketika melakukan pekerjaannya.

Saat keliling, Ida Dayak ditemani dan dibantu suaminya.

Sang suami bertugas membungkus obat dan kemudian diserahkan ke pembeli.

Jarang Pulang ke Rumah

Herman mengaku, ibunya jarang pulang ke rumahnya karena sibuk.

Ida Dayak diketahui tinggal di Desa Pasir Belengkong, Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Terhitung sudah selama dua tahun Wanita kelahiran 1972 itu tidak pulang ke rumah.

"Ibaratnya dulu hanya pulang istirahat 2 minggu dan paling lama kemarin itu semenjak Covid-19 sampai 6 bulan di rumah," kata Herman.

Meskipun demikian, Herman tetap berkomunikasi baik dengan ibunya.

Seperti saat Ida Dayak melakukan pengobatan di wilayah Jawa Barat.

Ia mengabari sang anak.

"Sering komunikasi, biasanya juga bertanya tentang kabar kami di rumah, dan terkadang menyampaikan lokasi pengobatannya, kalau sekarang ini ada di daerah Bogor," tutur Herman.

Tanggapan Tokok Dayak

Tokoh dayak Kaltim, Syaharie Jaang buka suara soal pengobatan yang dilakukan Ida Dayak.

Syaharie berpendapat, keahlian itu merupakan kelebihan yang diberikan oleh Tuhan.

Oleh karenanya, Ida Dayak diharapkan mampu menggunakannya dengan baik sehingga bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

“Semoga (Ibu Ida Dayak) bisa membantu masyarakat yang memerlukan penyembuhan patah tulang dan lain-lain," kata Syaharie, dikutip dari TribunKaltim.com.

Syaharie dalam kesempatannya juga mengomentari minyak urut yang digunakan Ida Dayak.

Ia mengakui, memang sejak dulu minyak yang belakangan diketahui bernama minyak bintang itu dikenal mampu mengobati sejumlah penyakit.

"Yang saya tahu dari cerita orang-orang tua dulu, minyak bintang untuk penyembuhan patah tulang dan keseleo/terkilir,” tandas Syaharie.

Komentar PABOI

Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) 2022-2025 Prof. Dr. dr. Ferdiansyah, Sp.OT(K) memberikan komentarnya soal pengobatan Ida Dayak.

Menurutnya, pengobatan yang sedang viral perlu dimonitoring dan dievaluasi sebagai upaya menghindari kejadian yang tidak diharapkan.

"Bagaimana terapinya (Ida Dayak), saya enggak komentar. Tapi, apapun yang dikerjakan dalam praktik pengobatan alternatif harus ada monitoring dan evaluasi efektivitasnya," kata Prof Ferdiansyah kepada Tribunnews.com.

Ia pun mendorong agar pengobatan non-medis memberikan bukti ilmiah bahwa pengobatan tersebut benar memiliki manfaat.

"Karena tanpa itu nanti kita berasumsi. Jadi mari sama-sama kita lihat, kita evaluasi karena fenomena ini kan nggak sekali, berkali-kali terjadi," ungkapnya.

Pasalnya, suatu pengobatan harus memiliki standar baku untuk mendapatkan efikasi atau manfaat secara efektif.

“Jadi jangan sampai pasien itu menyesal karena banyak pasien rentan, yaitu orang yang sudah putus asa penyakitnya, tidak bisa disembuhkan dengan cara standar yang ada. Jangan sampai mengorbankan pasien. Kits harus menjaga pasien tidak dikorbankan,” ungkapnya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved