Tawuran Surabaya
Derita Remaja 15 Tahun asal Surabaya, Dua Minggu Koma Kena Tebasan Celurit Saat Tawuran Antar Genk
AD, remaja 15 tahun harus dirawat intensif di ruang ICU RSUD dr. Soetomo, selama dua minggu karena koma, akibat tebasan celurit saat tawuran.
Penulis: Toni Hermawan | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Surabaya - AD, remaja 15 tahun harus dirawat intensif di ruang ICU RSUD dr. Soetomo, selama dua minggu karena koma, akibat tebasan celurit saat tawuran, di Jalan Raya Dupak Surabaya.Kondisnya hingga saat ini masih belum sadar.
Putri, kakak korban mengatakan paru-paru anak asal Margorukun itu mengalami infeksi. "Kotoran dari kepala turun ke paru-paru. Tenggorokan adik sampai dilubangi untuk mengeluarkan lendir," katanya, Minggu (11/2/2024).
Baca juga: Tak Dapat Keluarkan Potensi Terbaiknya di Chelsea, Enzo Fernandez Tawarkan Diri ke Barcelona
Pembacokan tersebut terjadi di Jalan Raya Dupak, pukul 03.30, Kamis (25/1/2024). AD bersama puluhan temannya ikut tawuran. Dia naik sepeda motor boncengan tiga duduk di posisi paling belakang, dari arah belakang AD dibacok lawan hingga mengakibatkan dia jatuh terkapar.
"Kata dokter kedalaman lukanya sekitar 10 centimeter. Cuma panjang lukanya tidak dikasih tau dokter," ujar wanita usia 23 tahun itu.
Dokter sebenarnya sudah melakukan operasi, namun kondisi AD masih koma.
Baca juga: Sikap Pantang Menyerah PSG, Beri Tawaran Selangit untuk Kylian Mbappe, Lebih Tinggi dari Real Madrid
Kasus ini sudah ditangani oleh polisi. Tawuran tersebut melibatkan remaja Gundih dan Margorukun melawan remaja Dupak Magersari. Polisi telah mudah menyita barang bukti berupa 8 celurit.
Putri menceritakan Adiknya mulanya diajak teman sekolah untuk tawuran. Mereka saat itu kumpul di Gang IV Gundih sekira pukul 2.00, dan ada yang melihat sejumlah anak menenteng celurit lalu dimasukkan ke dalam paralon.
"Saat itu gak ada yang negur, mungkin takut karena lihat yang bawa celurit," ucapnya.
Dia tidak menyangka musibah itu menimpa adiknya. Sebab, sebelum kejadian, yaitu pukul 22.00, korban telah pulang ke rumah. Korban membeber kasur di ruang tamu dan setahunya sudah tidur.
Sang ibu, katanya, setiap hari menangis memikirkan adiknya. Cobaan yang dihadapi ini sangat berat. Ayah dalam kondisi sakit stroke.
Semula kondisi AD tak diberitahukan kepada Ayahnya. Namun, karena sudah terlalu lama di rumah sakit dengan pelan-pelan, ia mengatakan yang sesungguhnya kepada sang ayah.
(Toni Hermawan/TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.