Kuliner Jember
Andalkan Kuah dari Resep Turun Temurun, Soto Dahlok Jember Eksis Sejak 1958
Kuliner yang berada di Jalan Fatahillah Jember ini berdiri sejak 1958, masih mengandalkan resep turun temurun.
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Warung Soto Dahlok di Kabupaten Jember memiliki resep khusus untuk mempertahankan cita-rasanya ditengah membludaknya bisnis kuliner.
Kuliner yang berada di Jalan Fatahillah Jember ini berdiri sejak 1958, masih mengandalkan resep turun temurun.
Hal itulah yang membuat para konsumen tetap memburu kuliner legendaris ini, meskipun sudah banyak varian soto baru dari para pebisnis makanan sekarang.
Agus Subiantoro pengelola warung soto Dahlok masih sibuk melayani konsumen yang memesan untuk makan siang, Kamis (20/6/2024).
Terlihat, beberapa karyawannya memotong daging ayam goreng untuk dibuat kecil-kecil untuk dimasukan di dalam mangkuk yang telah berisi bumbu soto dan nasi.
Baca juga: Dinkes Probolinggo Non Aktifkan Perawat yang Curi Televisi di Puskesmas
Setelah seluruh bumbu dan rempah telah ditata sedemikian rupa, dia menyiramkan kuah kedalam mangku yang telah berisi nasi dan potongan daging.
"Untuk bisa bertahan hingga sekarang kami tetap mempertahankan kualitas rasanya dengan resep yang diberi oleh kakek dan nenek dulu, sehingga pelanggan yang lama itu masih tetap ke sini," ujar Agus Subantoro.
Menurutnya bumbu dasar masih sama dengan soto pada umumnya. Namun yang membedakan adalah kualitas kuahnya.
"Bedanya itu kami tidak gunakan koyah atau toping, kami lebih memperbanyak bawang putih dan bawang merahnya," kata Agus.
Agus mengungkapkan, kuah soto Dahlok lebih encer dan tidak berminyak. Hal itulah yang menjadi ciri khas utama kuliner ini tetap eksis hingga puluhan tahun.
"Kuah kami lebih seger, sementara kalau pakai koyah itu lebih kental dan berminyak. Untuk pengganti koyah,,ami lebih menguatkan jumlah rempah rempahnya lebih banyak," katanya.
Baca juga: Geliat Inter Milan Pertahankan Denzel Dumfries, Nerazzurri Temui Agen, Simone Inzaghi Beri Titah
Agus mengatakan, para pelanggan lama biasanya juga membawa anggota keluarga mereka untuk menikmati Soto Dahlok. Akhirnya ada tambahan konsumen baru.
"Sampai sekarang anak muda juga sudah masih mampir ke sini untuk makan siang. Serta paling banyak itu pelanggan datang saat akhir pekan," ucapnya.
Agus menuturkan, harga kuliner ini cukup bervariasi sesuai porsi yang dipesan oleh para pelanggan. Paling mahal Rp 30.000 jika dimakan di tempat.
"Kalau dibawa pulang, harga paling mahal Rp 40.000. Sementara harga paling murah, kalau makan di tempat Rp 14 ribu kalau dibawa pulang Rp 20 ribu," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.