Berita Jember

Prevalensi Stunting di Jember Tertinggi di Jawa Timur, Capai 30,4 Persen

Angka stunting di Jember 2024 mencapai 30,4 persen, ini merupakan yang tertinggi di Jawa Timur.

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
Dokumen PPID Desa Ledokombo
STUNTING TERTINGGI: Imunisasi balita di Desa/ Kecamatan Ledokombo Jember, Jawa Timur, Senin (28/8/2025). Stunting di Kabupaten Jember masih tertinggi di Jatim. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM,  Jember - Prevalensi stunting di Kabupaten Jember menjadi perhatian serius. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 yang dirilis Kementerian Kesehatan, Jember mencatat angka stunting sebesar 30,4 persen, tertinggi dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.

Analis Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, Farida Hary Anggraini, menjelaskan bahwa dari total angka tersebut, 3,9 persen merupakan kasus stunting parah, sementara 26,5 persen masih dalam kategori stunting sedang.

“SSGI mengambil sampel 836 balita di Jember, dan sebagian besar memang mengalami permasalahan gizi,” kata Farida, Kamis (25/9/2025).

Namun, Farida menambahkan hasil penimbangan balita yang dilakukan Dinkes Jember pada Mei 2024 menunjukkan angka berbeda.

Baca juga: Minim Bukti, Polisi Kesulitan Buru Perampok Nenek di Jember

 “Dari data penimbangan, stunting tidak sampai 10 persen, dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Rambipuji, Pakusari, Kaliwates, dan Jelbuk,” jelasnya.

Menanggapi temuan tersebut, Wakil Ketua DPRD Jember, Widarto, menyampaikan keprihatinannya. 

Menurut Widarto tingginya angka stunting bisa mengancam masa depan generasi di Jember.

“Prihatin dengan tingginya angka stunting di Jember. Stunting yang bisa mengancam masa depan generasi harus segera diselamatkan,” ujar Widarto.

Fraksi PDI Perjuangan berencana menerjunkan kader partai untuk membantu pemerintah, melakukan pendataan dan edukasi di daerah dengan kasus stunting tinggi.

Baca juga: 9 Dapur Sehat Beroperasi di Jember, Layani 19 Ribu Siswa Program Makan Bergizi Gratis

“Kami akan terjunkan teman-teman mulai dari proses pendataan, termasuk mendata remaja putri yang berpotensi menjadi sumber stunting karena faktor ekonomi atau pendidikan,” jelasnya.

Widarto menambahkan, saat ini 60 kader perempuan PDIP telah mendapat pelatihan dan siap bekerja sama dengan puskesmas maupun kader posyandu setempat.

“Prinsipnya, yang lebih diutamakan adalah pencegahan dari hulunya. Jika sumber-sumber penyebab stunting bisa ditekan, maka kualitas pendidikan akan meningkat, akses kesehatan lebih baik, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jember juga ikut naik,” katanya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved