Lipsus UKT
Pengalaman Seleksi Jalur Mandiri Unej 2023, BEM Sebut Pendaftar Masuk UKT Golongan Tinggi Diterima
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) dan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember angkat bicara soal seleksi mahasiswa
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian (Faperta) dan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember angkat bicara soal seleksi mahasiswa baru jalur mandiri.
Ketua BEM Faperta Universitas Jember, Anggelika Quinita Butar Butar, mengatakan berdasarkan pengalaman seleksi jalur mandiri 2023 silam, rata-rata mereka yang diterima masuk perguruan tinggi ini adalah, yang bersedia membayar Uang Kuliah Tinggal (UKT) golongan tinggi.
"Kalau berdasarkan nilai, teman-teman BEM belum tahu dan belum cek. Kami cuma membantu proses registrasi mereka, biasanya itu mereka yang (diterima) masuk di UKT golongan 4 atau paling tinggi," katanya, Rabu (26/6/2024).
Menurutnya, jarang sekali peserta yang lolos seleksi jalur mandiri bisa mendapatkan golongan UKT terendah di Universitas Jember saat verifikasi.
"Jarang kan yang jalur mandiri dapat UKT golongan rendah," kata mahasiswi yang akrab disapa Angel ini.
Angel mengatakan, sebelum seleksi jalur mandiri itu berlangsung, biasanya pihak kampus mengajak mahasiswa melihat simulasi pelaksanaan Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK).
"Jadi mahasiswa itu diajak untuk melihat nanti seperti apa sistem Semaba (Seleksi Mahasiswa Baru) dan itu (simulasi) langsung dari pihak Rektorat. Nanti dibagi ke masing-masing fakultas, nanti akan dikasih tahu kalau saat seleksi Semaba pakai aplikasi ini," ungkapnya.
Mahasiswi Program Studi Penyuluhan Pertanian mengungkapkan meskipun para peserta telah memperoleh pelatihan cara menjawab UTBK, belum tentu mereka bisa lolos seleksi.
"Pengalaman tahun kemarin itu 'fifty-fifty' perbandingannya. Banyak yang keterima dan banyak pula yang tertolak juga," ungkap Angel.
Sementara untuk besaran UKT, Angel mengatakan di Fakultas Pertanian Universitas Jember, mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 4,7 juta. Kata dia, dengan besaran biaya itu masih belum sebanding dengan fasilitas yang diperoleh mahasiswa.
"Karena jumlah mahasiswa baru di Faperta cukup banyak ada kisaran 700 orang, dan dengan jumlah kelas yang tidak memadai membuat kami harus kuliah hingga hari Minggu. Kami kuliah seusai jadwal, tetapi harus dioper karena tidak ada kelasnya," ulasnya.
Mahasiswi Semester 6 ini juga mengungkapkan, beberapa program studi di Fakultas Pertanian itu, memiliki Laboratorium tetapi tidak ada bentuk fisiknya.
"Beberapa program studi itu ada laboratorium, tetapi tidak ada fisiknya. Jadi hanya nama labnya saja, sehingga itu masih kurang. Termasuk AC yang kurang memadai dan juga proyektor yang seringkali jadi problem," katanya.
Angel mengungkapkan selama ini, pihak Universitas Jember juga tidak pernah melibatkan organisasi kemahasiswaan intra kampus dalam menetapkan biaya kuliah untuk mahasiswa baru.
"Jadi langsung ditetapkan dari unversitas, jadi tidak ada pelibatan mahasiswa dari BEM," katanya.
Mahasiswi asal Kota Medan ini mengaku tidak bisa berbuat banyak mengawasi proses seleksi mahasiswa baru jalur mandiri 2024. Sebab semua dikendalikan oleh pihak kampus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.