Berita Surabaya

Tempat dan Kelahiran Sukarno Lahir di Surabaya Dipersoalkan

Dalam acara diskusi menepaki Jejak Soekarno yang berlangsung di Gedung Kesenian Sidoarjo pada Minggu (4/82024)

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Haorrahman
TribunJatim-Timur.com/Toni Hermawan
Diskusi menapaki Jejak Soekarno di Gedung Dakesda Sidoarjo. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Surabaya - Binhad Nurrohmat, seorang sastrawan, menyebut Presiden pertama Indonesia, Sukarno atau Soekarno, sebenarnya lahir di Ploso, Jombang, bukan di Surabaya seperti yang selama ini diyakini banyak orang.

Dalam acara diskusi menepaki Jejak Sukarno yang berlangsung di Gedung Kesenian Sidoarjo pada Minggu (4/82024), Gus Binhad, sapaan akrab Binhad Nurrohmat, memaparkan argumennya dengan rinci tentang bukti, Soekarno lahir di Ploso, Jombang.

Menurutnya catatan dari tahun 1921-an di Technische Hoogeschool te Bandung, yang kini dikenal sebagai ITB, mencatat bahwa Sukarno lahir pada 6 Juni 1902, sesuai dengan catatan ayahnya, Soekeni. Catatan yang sama juga ditemukan di ITS, menunjukkan tahun lahir yang konsisten.

Gus Binhad menyebutkan catatan ini bertahan hingga tahun 1930-an, sebelum akhirnya muncul perubahan tahun lahir Soekarno menjadi 1900 dan kemudian 1901. Berdasarkan data tersebut, dirinya memilih untuk percaya pada dokumen-dokumen yang lebih awal.

Baca juga: Totalitas Lautaro Martinez Sebagai Kapten Inter Milan, Penyerang Argentina Balik Latihan Lebih Awal

"Dari catatan-catatan tersebut, saya menyimpulkan bahwa Soekarno lahir di Jombang," ujar Gus Binhad.

Gus Binhad menjelaskan bahwa Soekemi Sosrodihardjo, ayah Sukarno, yang merupakan seorang guru, bekerja di Jombang, 28 Desember 1901 hingga 1907.

Dengan demikian jika Sukarno lahir pada 1902 kemungkinan besar ia lahir di Ploso. Penelitiannya berlanjut dengan menggali data dari sesepuh di Ploso, yang memperkuat kebenaran cerita masa kecil Soekarno. Ada cerita tentang ari-ari yang dikubur oleh Sumojani serta Mbah Suwi yang diduga mengasuh Soekarno di Ploso.

Penelusuran ini kemudian diperkuat dengan referensi dari buku geografi karya Cindy Adams berjudul *Soekarno My Friend*, terbitan 1971.

Baca juga: Rintangan Berat Chelsea dalam Upaya Gaet Victor Osimhen, Bomber Nigeria Tak Tertarik Pindah

Buku tersebut memuat foto Cindy Adams bersama Mbah Suwi dan Joyo Dipo, yang merupakan teman bermain Soekarno, di depan rumah Soekarno.

Dengan semua bukti yang ada, Gus Binhad menggagas gerakan titik nol Sukarno di Ploso. Ia bahkan telah menggelar kirab dari rumah Sukarno menuju Sekolah Ongko Loro, yang kini menjadi terminal, sebagai bentuk penghargaan terhadap klaim barunya.

Di sisi lain, Taufan Hidayat, Budayawan Surabaya, tetap meyakini bahwa Sukarno lahir di Surabaya. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Raden Soekeni Sosrodihardjo menikahi Ida Ayu Nyoman Rai, pada 15 Juni 1887 dan diduga kuat tinggal di Kampung Pandean, Surabaya.

Dari pernikahan itu, pada 29 Maret 1889 lahir anak pertama, Soekarmini. Kemudian, pada 6 Juni 1901, Sukarno lahir dan dinamai Koesno. Bapak Proklamator itu lahir di Surabaya tidak lama setelah Gunung Kelud meletus.

Baca juga: Sinyal Eksodus Dadakan Persib Bandung, Usai PSIS Semarang, 2 Tim Liga 1 Kans Turut Diuntungkan

"Sukarno tidak lahir di rumah sakit atau dengan bantuan dukun bayi karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membayar dukun bayi. Yang membantu ibunya melahirkan adalah kerabat dari bapak Sukarno," terang Taufan.

Taufan menjelaskan sewaktu kecil, Koesno sering sakit-sakitan, hingga akhirnya nama tersebut diganti menjadi Soekarno. Enam bulan setelah lahir, Soekarno pindah ke Ploso, Jombang.

"Bapaknya saat itu diutus pemerintahan Belanda ngajar di Jombang. Intinya begini siapa pun orang lahir itu memang tidak bisa cerita bagaimana kelahirannya. Pasti seorang anak tahu tempat lahirnya setelah diceritakan oleh orang tuanya," ucap Taufan Hidayat.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved