Anak Putus Sekolah

Miris! Faktor Ekonomi, Ribuan Anak di Lumajang Putus Sekolah

Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menyebutkan sebanyak 5.848 anak di Kabupaten Lumajang memilih putus sekolah.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Haorrahman

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Lumajang - Lantaran faktor ekonomi ribuan anak di Lumajang memilih untuk putus sekolah, dan lebih memilih bekerja. Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menyebutkan sebanyak 5.848 anak di Kabupaten Lumajang memilih putus sekolah.

Jumlah tersebut terdiri dari sebanyak 1.703 siswa sekolah dasar atau SD tidak melanjutkan ke sekolah menengah pertama alias SMP. Sementara siswa SMP yang tak melajuntkan pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 4.145 siswa.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, Yusuf Ageng, tak memungkiri faktor ekonomi jadi pemicu lantaran orang tua siswa juga butuh biaya untuk pendidikan anaknya.

Baca juga: Marc Klok Kembal Tak Dipanggil Timnas Indonesia, Bobotoh Beri Pesan untuk Gelandang Persib Bandung

Namun kondisi tersebut bukan satu-satunya pemicu. Kata Yusuf, tak sedikit anak-anak usia di Lumajang saat ini justru tergiur mendapat upah dengan cara bekerja. Salah satu sektor kerja yang disebut dipilih anak usia sekolah yakni sebagai pekerjaan sebagai kuli.

"Fenomena yang terjadi dan menjadi alasan karena bekerja sebagai kuli di sektor tambang pasir. Dikabarkan upahnya sebesar Rp 200.000 per hari," ungkapnya, Minggu (18/8/2024).

Dinas Pendidikan sedang mencari cara untuk meningkatkan minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan formal. 

Baca juga: Link Live Persita Tangerang Vs Persija di Liga 1 2024, Siaran Indosiar Mulai Pukul 19.00 WIB

Selain karena memilih bekerja, banyak pula orang tua yang mengalihkan pilihan pendidikan non formal seperti pondok pesantren.

"Kami sedang mendorong diterapkannya Sekolah Tamu ke pondok pesantren yang belum memiliki sekolah formal," kata Yusuf.

Menurut Ageng, langkah tersebut dipilih karena fleksibiltas yang bagus ketika diterapkan. Ia berharap para anak-anak di Lumajang tetap mendapatkan pendidikan formal yang layak.

"Jadi santrinya yang bisa kita minta untuk diikutkan belajar di sekolah terdekat, yang tidak bisa nanti sekolah yang jemput bola. Alhasil ijazahnya ikut sekolah tersebut, sehingga tidak ada lagi anak yang tercatat putus sekolah," ungkap Yusuf.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(Erwin Wicaksono/TribunJatimTimur.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved