Berita Bondowoso
Ibu Rumah Tangga di Bondowoso Isi Waktu Kosong dengan Membuat Besek Ikan
Mayoritas ibu rumah tangga di Desa Jeruk Sok Sok, Bondowoso rupanya memanfaatkan waktu longgar siang hari mereka dengan membuat besek ikan pindang
Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BONDOWOSO - Jika Tribunners melihat besek atau wadah dari bambu yang berisikan ikan laut yang sudah dipindang, bisa jadi itu merupakan besek hasil karya ibu rumah tangga dari Desa Jeruk Sok Sok Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso.
Sebab warga desa itu mayoritas merupakan perajin besek, wadah bambu untuk tempat ikan laut. Jika berjalan siang Hari ke kawasan setempat, akan disuguhi ibu-ibu yang sedang asyik menganyam besek.
Seperti yang dilakukan oleh Farida (60) warga RT 03 RW 01 Desa Jeruk Sok Sok. Farida memanfaatkan waktu longgar di siang hari untuk membuat besek ikan. Pekerjaan ini sudah dia lakoni selama 10 tahun terakhir.
Menurutnya, pembuatan besek ikan ini kegiatan mengisi waktu kosong, yang juga bisa mengahasilkan tambahan uang.
Karena, dia bersama tetangganya kerap membuat besek ikan saat semua pekerjaan rumah tangga sudah selesai.
Bahan dasar besek ikan itu didapatnya dari penjual bambu. Harga bambu yang besar Rp 50 ribu per batang, ukuran sedag Rp 45 ribu, dan yang kecil Rp 30 ribu.
"Semua jenis bambu bisa. Kecuali bambu jenis bambu duri," katanya pada TribunJatimTimur, Minggu (3/11/2024).
Menurutnya, dalam satu batang itu dirinya bisa menghasilkan seribuan besek ikan. Meski tidak diburu waktu, namun rata-rata ibu rumah tangga ini menyelesaikan satu bambu menjadi 1.000an besek dalam waktu tiga hari.
Hasilnya ini kemudian dijual dengan harga Rp 40 ribu per ikat, dan satu ikatnya berisi 100 besek.
Ia menjelaskan pembuatan besek ini diawali dengan proses pemotongan bambu menjadi beberapa bagian. Sesuai ukuran besek yang akan dibuat. Besek sendiri ada enam jenis ukuran. Farida sendiri membuat besek dengan ukuran kecil.
Setelah itu, mereka biasanya langsung menyerut bambu menjadi tipis-tipis. Mayoritas perajin biasanya menggunakan pasak. Kalau Farida memilih menggunakam pisau saja, karena sudah terbiasa. Setelah itu, bambu yang sudah tipis-tipis ini dijemur sehari penuh.
"Biar lentur itu, kalau tidak lentur kan susah nanti untuk dirakit," jelasnya.
Biasanya kalau musim hujan, Farida dan tetangganya memanfaatkan tungku untuk memanaskan potongan bambu.
Setelah itu, kata Farida, bambu yang tipis akan disusun menjadi rakitan bambu menggunakan cetakan yang dibuatnya sendiri.
Barulah, setelah itu dirinya menyatukan bambu lainnya membentuk jadi besek. "Proses terakhir dipotong biar rata, barulah ditali menjadi satu ikat untuk dijual," jelasnya.
Sebenarnya, Farida dengan ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya dulu sering menjadi pencari batu di sungai. Namun, setelah adanya insiden banjir yang menelan korban, akhirnya, ibu rumah tangga diimbau untuk beralih aktivitas.
Ratusan ASN dan Warga Situbondo Gelar Istighosah untuk Keamanan Indonesia |
![]() |
---|
Pengemudi Baru Belajar Nyetir, Mobil Sigra Masuk Sungai di Bondowoso |
![]() |
---|
Ngontrak Rumah, Satu Keluarga di Bondowoso Bawa Kabur Barang Kontrakan |
![]() |
---|
Didampingi Kejaksaan Perhutani Bondowoso Gandeng 30 Petani Kelola 15 Hektare Hutan di Grujugan |
![]() |
---|
Resmi Diperpanjang 2 Tahun, 17 Mantan Kades di Bondowoso Dilantik Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.