Berita Malang

Baru Belajar, Perempuan 50 Tahun di Malang Ini Raup Omzet Jutaan dari Budidaya Jamur Tiram

Jamur tiram hasil budidayanya dipanen setiap sore, dengan rata-rata hasil panen mencapai 20 kilogram per hari.

Penulis: LuluulIsnainiyah | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/LULUUL ISNAINIYAH'
BUDIDAYA JAMUR TIRAM: Ummah memeprlihatkan budidaya jamur di rumahnya Desa Putat Lor, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Senin (30/6/2025). Ia sudah menggeluti usaha ini sejak 2019. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Malang - Ummah Khariani, warga Desa Putat Lor, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, berhasil mengembangkan usaha budidaya jamur tiram putih dari rumahnya sejak 2019. Bermula dari belajar kepada keponakannya, kini perempuan berusia 50 tahun itu mampu memproduksi hingga puluhan kilogram jamur setiap harinya.

“Setiap hari kami produksi jamur, kecuali hari Minggu kami libur,” ujar Ummah ditemui, Senin (30/6/2025).

Jamur tiram hasil budidayanya dipanen setiap sore, dengan rata-rata hasil panen mencapai 20 kilogram per hari. Produk ini kemudian dipasarkan ke Pasar Turen dengan harga jual Rp13.000 per kilogram.

Baca juga: Big Data dan Etika: Mengapa Kita Harus Kritis dalam Era Datafikasi

“Saya tidak jual ke Pasar Gondanglegi karena di sana sudah banyak yang menjual jamur tiram,” jelasnya.

Dalam sebulan, Ummah mampu menjual sekitar 5,2 ton jamur tiram. Dengan harga jual yang stabil, ia meraih omzet sekitar Rp6 juta per bulan. Meskipun skala produksinya masih rumahan, ia menekuni proses budidaya dengan serius.

Menurut Ummah, proses budidaya jamur tiram tidak terlalu rumit. Tahap awalnya adalah menyiapkan media tanam berupa campuran serbuk kayu, katul jagung, dan air kapur. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam baglog, yakni wadah silinder khusus untuk menumbuhkan jamur.

Baca juga: Sukses Gelar Kejurnas Balap Sepeda 2025, Bupati Ipuk Sampaikan Terima Kasih untuk Semua Pihak

Baglog tersebut kemudian dikukus (distim) selama 4 hingga 5 jam agar steril dari bakteri. Setelah itu, dibiarkan dingin semalaman sebelum dipindahkan ke ruang inkubasi yang tertutup rapat.

“Ruang inkubasi harus benar-benar steril dari udara luar, jadi tidak boleh sering dibuka,” jelasnya.

Setelah proses inkubasi, baglog diberikan bibit jamur dan dipindahkan ke ruang pertumbuhan yang lembap. Dalam kurun waktu 35 hingga 40 hari, jamur mulai tumbuh dan siap dipanen.

Baca juga: Modus Minta Daun Pisang, Pencuri Gasak Perhiasan dan Uang di Tuban, Kerugian Capai Ratusan Juta

Setiap baglog bisa dipanen hingga empat kali sebelum diganti dengan yang baru. Saat ini, Ummah memproduksi sekitar 230 baglog per hari. Biaya produksi satu baglog sekitar Rp1.500, dan jika dijual setelah jamur tumbuh, harganya bisa mencapai Rp2.500 per baglog.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved