Berita Lumajang

Petinju Lumajang Berlatih di Sasana Apa Adanya, Cak Thoriq: Sebenarnya Kita Punya Sarana

Penulis: Erwin Wicaksono
Editor: Haorrahman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rexi Akbar akan bertandang ke Manila, Filipina dalam duel kompetisi tinju internasional kelas Terbang Mini 47,6 kg. Petinju asal Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir itu akan berangkat ke Manila dalam waktu dekat.

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Lumajang – Petinju Lumajang, Rexi Akbar, akan bertandang ke Manila, Filipina dalam duel kompetisi tinju internasional kelas Terbang Mini 47,6 kg.

Petinju asal Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir itu akan berangkat ke Manila dalam waktu dekat.

Rexi Akbar adalah putra dari Legenda Tinju Indonesia, Faisol Akbar. Petinju kawaka pemegang titel Internasional Boxing Federation (IBF) di kelas terbang.

Rexi ditempa kemampuannya dalam bertinju oleh sang ayah di sasana berukuran 4x4 meter dengan ring tinju dari tali tampar. Sasana tersebut berada di kampung tempat Rexi tinggal.

Baca juga: Telan Biaya Investasi Capai Rp 1,2 Triliun, Reaktivasi Jalur Kereta Api di Lumajang Batal

Bupati Lumajang, Thoriqul Haq memberi respon mengenai fasilitas latihan petinju untuk profesional. Kata Thoriq, sasana tinju sejatinya sudah ada di Pertina Lumajang untuk mengasah kemampuan petinju amatir.

"Kita sebenarnya punya sarana tinju untuk amatir di Pertina. Amatir itu untuk porprov dan persiapan PON. Namun untuk profesional, dia akan berlatih sendiri," ucapnya ketika dikonfirmasi.

Menurut Thoriq, pihaknya tak lepas tangan kepada pengembangan bakat petinju profesional asal Lumajang. Terbaru, petinju kelas terbang asal Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir, Rexi Akbar tengah bertandang ke Filipina untuk melakoni laga internasional.

"Oke pemerintah membantu untuk menunjang prestasi, seperti kemarin tiket pemberangkatan. Namun kontraknya Rexi bertanding itu dollar karena dia profesional dan kelas internasional," tandas Thoriq.

Baca juga: Kemenangan Arema FC Dapat Sorotan, Pendukung Singo Edan Singgung Wasit Hingga Abel Camara

Cak Thoriq tak menampik jika perjalanan atlet menuju level profesional kerap menemui situasi tidak terduga.

"Orang dari amatir menuju profesional seringkali buntu. Contohnya atlet sepakbola kelas Porprov masuk ke liga 3 yang semi profesional. Udah dikontrak eh ternyata liganya berhenti. Makannya untuk menuju profesional ya harus latihan sendiri," tambahnya.

(Erwin Wicaksoni/TribunJatimTimur.com)