Ini bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja, tapi peran Masyarakat, Perguruan Tinggi, Media; dan Dunia Usaha turut andil juga. Penanganan Stunting haruslah holistik, integratif dan spasial (spesifik daerah).
Baca juga: Cerita Mantan Anggota DPRD Jember yang Kini Jadi Kades: Sama-sama Enaknya
Inovasi mempercepat pencegahan Stunting sejatinya harus diciptakan dan dikembangkan. Salah satunya dengan dilakukannya Behaviour Change Communication (BCC), yaitu menciptakan perilaku masyarakat baru dan positif.
Sehingga, kata dia, hal itu menjadi sebuah habit atau kebiasaan baik. BCC ini akan menjadi lebih efektif bila diikuti demand creation, yaitu meningkatkan permintaan masyarakat pada produk/layanan kesehatan tertentu
Misalnya datang ke Posyandu atau konseling gizi yang ada di Puskesmas atau Rumah Sakit. Kemudian, dikembangkan enabling environtment yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung perubahan perilaku masyarakat.
“Dalam membantu upaya penanganan stunting, tenaga kesehatan khususnya Nutrisionis dapat memberikan informasi perubahan perilaku gizi kepada masyarakat tentang anjuran pemenuhan gizi,” tegasnya.
Baca juga: Petugas Dinsos Jember Amankan Wanita ODGJ yang Mencoba Mesum di Alun-alun Ambulu
Mulai dari memberikan informasi bahan makanan, cara pengolahan, pola konsumsi, dengan semaksimal mungkin menggunakan bahan makanan bernilai gizi baik dan terjangkau.
Gizi seimbang artinya makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik
Dalam konteks stunting, zat gizi yang sangat diperlukan untuk tumbuh kembang manusia adalah Zinc (Zn), yang sumbernya mayoritas dari pangan hewani sebagai sumber protein hewani.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(Galih Lintrtika/TribunJatimTimur.com)