UMKM Bondowoso

Junjung Bondowoso, Desain Batik dari Sanggar Daweea Gambarkan Pemimpin Impian Hasil Pilkada 2024

Penulis: Sinca Ari Pangistu
Editor: Sri Wahyunik
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pembatik Sanggar Daweaa Batik, Muhammad Badrus Salam sedang mendesain motif Junjung Bondowoso

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BONDOWOSO - Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Bondowoso 2024 ini masyarakat menggantungkan harapan besar untuk kemajuan Bondowoso lima tahun ke depan.

Berbagai impian untuk kejayaan Bondowoso, diharapkan bisa terwujud melalui seorang pemimpin yang akan lahir dari rahim demokrasi, 27 November 2024 nanti.

Impian itu disampaikan masyarakat, dengan berbagai cara. Seperti orasi, dialog, dan bahkan melalui ekspresi seni kepada pasangan calon yang berkontestasi di Pilkada Bondowoso 2024 ini.

Salah satu ekspresi seni yang menggambarkan harapan besar masyarakat dilakukan oleh pembatik Bondowoso, dari Sanggar Daweaa Batik, Muhammad Badrus Salam.

Ia mengekspresikan pemimpin impian hasil Pilkada 2024 dan doa untuk Bondowoso melalui desain batik yang dibuatnya di sanggarnya yang beralamat di Dusun Kebun Karang RT 28 RW 05 Desa pucanganom Kecamatan Jambesari Darusallah.

Pada TribunJatimTimur.com, ia menceritakan mendesain batik karena terinspirasi dari kontestasi Pilkada Bondowoso. Hingga terciptalah motif yang diberinama Junjung Bondowoso.

Pria akrab disapa Bang Badrus itu menyebut di setiap coretan motif tersebut ada makna dan doa pada pemimpin yang akan lahir dari pesta demokrasi November 2024 ini.

Menurutnya, gambar dua ekor burung dengan sayap terbuka sebagai lambang sepasang pemimpin yakni Cabup dan Cawabup yang siap bekerja untuk Bondowoso. Kemudian, daun Singkong songo sebagai identitas daerah Bondowoso yang sebagian besar menganut ajaran Islam Wali Songo.

Terdapat gambar parang, kata Badrus,  sebagai harapan akan sosok pemimpin yang adil dan bijaksana. "Parang berada di bawah agar pemimpin lebih adil dan bijaksana ke masyarakat bawah," jelasnya.

Baca juga: DPRD Pasuruan Wacanakan Pembuatan Perda untuk Sound Horeg

Sementara gunungan wayang merupakan pembuka. Yang mengandung makna harapan besar pemimpin baru yang muncul akan membawa perubahan.

"Kalau Gerbong Maut sebagai ikon Bondowoso," tuturnya.

Di motif tersebut juga terdapat gambar kopi. Di sini, dirinya ingin menitipkan pesan pemimpin yang baru nantinya bisa lebih mengembangka komoditas kopi. Sehingga, nanti membawa dampak positif ekonomi kepada lebih banyak masyarakat Bondowoso.

Ia menyebut, motif klasik batik zaman dahulu itu semua mengandung doa. Makanya dalam pemakaian motif batik ada pakemnya (tata caranya, red). Oleh karena itu motif yang dibuatnya ini juga mengandung doa untuk  Bondowoso.

"Di motif itu ada bentuk menyerupai tangan yang menengadah ke atas seperti sedang berdoa," jelasnya.

Ia menerangkan, desain motif ini selanjutnya akan dibuat menjadi batik. "Akan dibuat langsung jadi batik," pungkasnya.


 
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(TribunJatimTimur.com)