Peringatan Maulid Nabi
Tradisi Endhog-Endhogan di Banyuwangi: Berkah Ekonomi bagi Perajin Kembang Endhog saat Maulid Nabi
Tradisi endhog-endhogan Banyuwangi saat Maulid Nabi jadi berkah perajin kembang endhog, raup cuan dari pesanan ribuan hiasan telur.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Banyuwangi - Tradisi endhog-endhogan di Kabupaten Banyuwangi bukan hanya ajang menjaga warisan budaya, namun juga membuka peluang ekonomi bagi warga.
Tradisi yang digelar setiap bulan Rabiul Awal dalam rangka memperingati Maulid Nabi ini mendatangkan berkah bagi para perajin kembang endhog—hiasan bunga dari telur rebus yang menjadi ikon utama perayaan.
Dalam perayaan endhog-endhogan, masyarakat mengikuti pawai budaya dengan membawa telur rebus yang ditancapkan pada tangkai menyerupai bunga.
Hiasan tersebut biasanya dipasang di pelepah pisang yang sudah dihias, sehingga menyerupai pohon berwarna-warni. Pawai ini semakin meriah dengan iringan musik tradisional seperti kuntulan serta berbagai ornamen bernuansa Islami.
Baca juga: Berangkat Sekolah, Siswi di Banyuwangi Tewas Kecelakaan Usai Gagal Salip Pikap
Karena setiap pawai bisa membutuhkan ribuan hingga belasan ribu telur, permintaan terhadap kembang endhog melonjak tajam. Kondisi ini dimanfaatkan para perajin lokal untuk menambah penghasilan.
Alfalah, perajin asal Banyuwangi Selatan, mengaku menerima pesanan hingga 2.000 kembang endhog selama Maulid Nabi. Harga yang ditawarkan pun terjangkau, hanya Rp1.400 per biji.
Baca juga: Lanal Banyuwangi Gagalkan Penyelundupan 85 Ribu Benur Senilai Rp 731 Juta
"Dengan harga itu, saya bisa mengantongi hampir Rp1,5 juta untuk setiap seribu biji. Cukup menambah pemasukan harian," ujarnya.
Tidak hanya di Banyuwangi, pesanan juga datang dari luar daerah. Marfiatun Nafiah, perajin lainnya, bahkan mengirim ribuan kembang endhog ke luar pulau.
"Kapan hari saya kirim seribu biji kembang endhog ke Bali," tuturnya.
Baca juga: Kedokteran Hewan Unair Banyuwangi Bidik Akreditasi Unggul, Ipuk: Dorong Kualitas Peternakan Daerah
Meski permintaan tinggi, sebagian besar perajin tetap membatasi jumlah pesanan karena keterbatasan tenaga. Pembuatan kembang endhog masih dilakukan secara manual, sehingga membutuhkan waktu dan ketelitian.
Tradisi endhog-endhogan di Banyuwangi dengan demikian tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga mendukung ekonomi kreatif masyarakat. Setiap tahun, momentum ini menjadi peluang tambahan penghasilan bagi para perajin yang menjaga keberlangsungan tradisi melalui karya tangan mereka.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.