Peringatan Maulid Nabi
Meriah! Warga Jember Gelar Grebek Gunungan, Peringati Maulid Nabi Muhammad 1447 H
Tradisi Grebek Gunungan di Jember merayakan Maulid Nabi Muhammad 1447 H, warga bawa 20 gunungan berisi hasil bumi hingga uang kertas.
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Warga Lingkungan Talangsari, Kelurahan Jemberkidul, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur, menggelar tradisi Grebek Gunungan, memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriyah Jumat (5/9/2025).
Gunungan warga cukup bervariasi, ada hasil bumi, mie instan, aneka camilan, hingga lembaran uang pecahan Rp2.000 dan Rp5.000.
Seluruh gunungan tersebut dikumpulkan di Wisma Khusus Sholawat Al-Ghofilin Talangsari, diiringi lantunan sholawat dan musik hadrah.
Setelah itu, warga berjalan kaki menuju Gang Pondok Panili sambil memikul gunungan. Di sepanjang perjalanan, beberapa peserta menampilkan tarian jabrik, yang membuat suasana semakin meriah.
Baca juga: Lawan China Taipe, Bakal Jadi Debut Miliano Jonathans dan Mauro Zijlstra di Timnas Indonesia
Dari pantauan di lokasi, barisan paling depan didominasi peserta berpakaian serba hitam. Sementara barisan tengah hingga belakang mengenakan busana putih. Setiba di Pondok Panili, seluruh peserta kembali duduk bersama melantunkan sholawat sebelum acara puncak.
Pengasuh Pondok Pesantren Talangsari Jember, Baiquni Purnomo atau yang akrab disapa Gus Baiqun, mengatakan ini merupakan bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
“Ada hadist yang mengatakan, Abu Lahab yang kafir saja, karena bersyukur atas kelahiran Nabi Muhammad, setiap hari Senin mendapat keringanan hukum di neraka,” ujarnya.
Baca juga: Timnas Indonesia vs China Taipei di GBT Surabaya Malam Ini, Patrick Kluivert Siapkan Strategi Baru
Menurut Gus Baiqun, tradisi syukuran ini menjadi sarana bagi warga untuk berharap memperoleh syafaat Nabi Muhammad SAW di hari kiamat.
Dia menyebut, terdapat 20 gunungan yang dibuat oleh warga dari 10 gang di Lingkungan Talangsari. “Masing-masing gang membuat dua gunungan, ada yang berisi hasil bumi dan ada yang dari hasil jualan di pasar,” paparnya.
Gus Baiqun menjelaskan makna dari pakaian peserta. Peserta di barisan depan mengenakan busana hitam sebagai simbol kegelapan. Sementara peserta di barisan tengah dan belakang memakai pakaian putih yang melambangkan datangnya cahaya dan ilmu.
“Hal ini menandai hilangnya kegelapan dan kebodohan, sebab habis gelap terbitlah terang,” jelasnya.
Penutup warga bersama-sama memanjatkan doa di Pondok Panili. Setelah itu, gunungan dibagikan dan warga pun berebut isinya, mulai dari hasil bumi, camilan, hingga uang kertas.
Tradisi Grebek Gunungan Maulid Nabi di Jember ini bukan hanya menjadi ajang syukuran, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.