Atap Asrama Santri Putri Ambruk
Kemenag Pastikan Ponpes Syeh Abdul Qodir Jailani Situbondo yang Atapnya Ambruk Telah Berizin
Kemenag Situbondo memastikan Ponpes Syeh Abdul Qodir Jailani telah memiliki izin resmi dan fasilitas pendidikan lengkap.
Penulis: Izi Hartono | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Situbondo - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Situbondo, Muhammad Mudhofar, memastikan Pondok Pesantren Syeh Abdul Qodir Jailani, yang atap kamar asrama putri ambruk dan menyebabkan satu santriwati meninggal dunia telah memiliki izin resmi.
“Ponpes Syeh Abdul Qodir Jailani sudah lama berdiri dan telah memiliki izin dari Kementerian Agama,” ujar Mudhofar, saat meninjau lokasi atap kamar santri yang ambruk, Rabu (29/10/2025).
Akibat ambruknya salah satu atap di kamar asrama putri tersebut, menyebabkan satu satriwati meninggal dunia dan belasan luka-luka.
Mudhofar mengatakan izin pendirian pesantren tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas pendidikan formal, mulai dari jenjang SMP hingga Madrasah Aliyah.
Baca juga: Update Atap Asrama Santri Putri Ponpes Situbondo Ambruk, Santriwati Korban Tewas Telah Dimakamkan
Terkait perizinan bangunan, Mudhofar menyebut masih akan melakukan pengecekan lebih lanjut. Menurutnya pesantren yang telah berdiri sejak lama tidak diharuskan memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada awal pendiriannya.
“Untuk itu saya masih perlu mengecek dulu,” ujarnya.
Kemenag berencana melakukan monitoring menyeluruh terhadap semua pesantren guna memastikan kepatuhan terhadap regulasi perizinan yang berlaku.
“Ke depan setiap pesantren harus melampirkan dokumen IMB, INF, serta memenuhi ketentuan yang diatur oleh pemerintah kabupaten,” tegas Mudhofar.
Baca juga: BREAKING NEWS: Atap Asrama Santri Putri di Situbondo Ambruk, Satu Orang Tewas dan Belasan Luka-Luka
Pengasuh Ponpes Syeh Abdul Qodir Jailani, KH Muhammad Hasan Nailul Ilmi, mengatakan pesantren tersebut berdiri sejak tahun 2009 dan saat ini menampung sekitar 200 santri.
“Mereka belajar di pendidikan diniyah, SMP, dan Aliyah,” ujar KH Hasan, yang akrab disapa Kiai Hasan.
Menurutnya sebagian besar santri berasal dari wilayah sekitar Besuki, sementara beberapa lainnya datang dari Lumajang dan Bondowoso.
“Yang paling jauh ada santri dari Lumajang dan Bondowoso,” pungkasnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim-timur/foto/bank/originals/izin-ponpes-ambruk-situbondo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.