Berita Viral
Viral Video Oknum TNI Cekcok di Jalan Raya, Tendang Pengendara Wanita dan Anak Hingga Hampir Jatuh
Belakangan ini viral di media sosial video oknum TNI tendang pengendara wanita dan anak kecil hingga hampir terjatuh.
TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Belakangan ini viral di media sosial video menunjukkan oknum TNI sedang cekcok hingga berujung kekerasan dengan menendang pengendara wanita dan anak hingga hampir terjatuh.
Video viral kekerasan yang dilakukan oknum TNI terhadap pengendara wanita tersebut dibagikan oleh akun Instagram @iknanthe.
Dalam video viral tersebut tampak seorang oknum TNI melayangkan tendangannya tepat ke motor yang ditumpangi oleh ibu-ibu dan anak kecil tersebut.
Wanita dan anak kecil tersebut nyaris saja terjatuh ke jalan.
Baca juga: Viral Oknum Anggota DPRD Bojonegoro Pangku Wanita di Hotel Kala Lebaran Idul Fitri 2023
Dalam video tersebut juga dituliskan keterangan terkait kronologi awal kejadian viral tersebut.
Disebutkan bahwa sebelumnya, oknum TNI tersebut sudah sempat melakukan tendangan sekali.
Perekam mengira telat merekam kejadian tersebut, ternyata oknum TNI itu kembali melakukan kekerasan.
"Itu yang bawa motor Ibu-ibu, dan bonceng anak kecil.
Dia juga ngerem mendadak karena di depannya ngerem mendadak.
Ibu itu kaget kan karena depannya ngerem mendadak.
Nah, ditabraklah akhirnya sama Om Jagoan ini. Abis itu ditendang motornya," tulis keterangan dalam video tersebut.
Disebutkan juga bahwa kejadian tersebut berlokasi di Jalan Raya Hankam Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan, menjaga perilaku yang baik di tempat umum itu penting. Terlebih menggunakan atribut yang mewakili instansi tertentu yang justru seharusnya melindungi masyarakat sipil.
"Mengacu pada video, terlihat seorang oknum TNI yang melakukan tindakan kurang terpuji (menendang) seorang pengendara motor yang sedang membonceng seorang anak kecil akan menimbulkan hal negatif," ujar Sony, saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/4/2023).

"Pertama, motor yang hanya roda dua bisa jatuh akibat hilang keseimbangan dari tendangan oknum tersebut. Kedua, citra buruk yang ditimbulkan akibat perbuatan oknum tersebut. Ketiga, trauma yang dirasakan oleh anak kecil maupun orang-orang yang melihat peristiwa tersebut," kata Sony.
Kriminolog dari Australian National University, Leopold Sudaryono, mengatakan, Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI memiliki cukup informasi untuk memeriksa oknum tersebut. Kasus ini penanganannya harus terbuka karena bukan hanya sekadar tindakan fisik penendangan, tapi juga bukti komitmen TNI atas penegakan hukum.
"Siapakah oknum tersebut, jika memang anggota TNI apa tindakan disiplin yang diambil. Jika ini tidak dilakukan maka anggapan bahwa hukum tidak berlaku bagi seluruh warga negara termasuk TNI mendapat pembenaran," ujarnya.
Kasus Serupa
Sebelumnya, kasus cekcok antara TNI dengan pengendara umum juga pernah terjadi dan sempat.
Kejadian tersebut terjadi di Semarang, Jumat (3/3/2023).
ES, anggota Kodim 0733/Kota Semarang mengaku terpancing emosi dan mengeluarkan sangkur.
Dikutip dari Kompas Yogyakarta, cekcok antara ES dengan pengemudi mobil Toyota Sienta, SH terjadi di Jalan Gajah Mada, Jumat (3/3/2023), pukul 06.45 WIB. ES dan SH terlibat salah paham saat perjalanan.
ES yang mengendari Honda Freed B 1155 JA merasa dipepet oleh pengemudi Sienta. Lalu saat berhenti di lampur merah Jalan MH Thamrin, ES menghentikan SH dan cekcok pun tak terhindarkan.

Setelah ramai dibicarakan di media sosial, keduanya pun dipertemukan dan dilakukan mediasi. Keduanya pun sepakat untuk tidak melanjutkan kasus itu ke ranah hukum.
Terkait kasus tersebut, gangguan di jalan raya memang bisa datang dalam bentuk apapun. Memang, kadang kalau ada kendaraan lain di depan lalu pepet mobil sendiri, rasa emosi bisa saja mencuat.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia mengatakan, emosi memang terkadang ikut terbawa ketika mau melakukan metode penyelesaian konflik di jalan.
"Tidak mudah kita bersikap bijaksana untuk menyelesaikan masalah dengan benar," kata Sony kepada Kompas.com, Senin (6/3/2023).
Untuk menjaga rasa sabar pada diri sendiri, Sony mengatakan ada empat hal yang harus dipahami. Pertama, biasakan untuk menerima kritik dari orang lain, ini isa jadi proses koreksi dan juga peningkatan kualitas diri.
"Jadi jangan melihat kritik sebuah hal yang negatif," ucap Sony.
Kedua, kualitas manusia bisa terlihat dari bagaimana dia menyikapi masalah. Sabar itu bagian dari proses pembentukan diri lewat pembelajaran, memang sulit karena tidak ada batasnya.
"Ketiga, belajar berhitung dan pikirkan risiko terburuk dari tindakan yang dilakukan. Bahayanya apa, risikonya apa, untung ruginya apa, mulai membiasakan diri dengan itu," kata Sony.
Terakhir, Sony menyarankan agar mengemudi secara defensif. Artinya, belajar mengalah, sopan, berbagi, menerapkan keselamatan dan lain-lain sehingga jauh dari risiko kecelakaan.
Pendapat Ahli Soal Kasus Cekcok di Jalan
Aksi arogan pengendara di jalan sering terjadi, kedua belah pihak saling terpancing membalas tindakan yang dinilai membahayakan keselamatan. Kejadian itu akhirnya merugikan dan mencemarkan nama baik masing-masing.
Contoh kasus cekcok, yaitu anggota TNI di Semarang, beberapa waktu lalu. Kejadian nyaris baku hantam hanya karena masalah tidak terima diklakson.
Peristiwa itu membuktikan masih banyak pengemudi yang labil mengontrol emosi. Padahal, berkendara kendaraan apa pun membutuhkan pengendalian diri. Meski akhirnya keduanya sudah berdamai secara kekeluargaan.
Bahkan, sebagian pihak menilai porsinya berimbang dengan teknik mengemudi. Kondisi jalan yang padat dinilai faktor utama. Lalu lintas macet, budaya antre, dan etika berkendara hilang karena tuntutan aktivitas.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana yang mengatakan, percuma memiliki kemampuan berkendara di atas rata-rata tetapi tidak mempunyai sikap saling menghargai antar-pengguna.
"Egois dan berharap menang sendiri, seperti sudah tertanam dalam pikiran dan hati banyak pengemudi. Pokoknya yang dipikirkan jalan itu punya kita. Masa bodoh, padahal itu arogan dan tidak beretika. Sepatutnya, dalam kondisi tertentu mengalah. Bila merasa mendapat ancaman, klakson panjang, buat peringatan. Komunikasi dulu, jangan mudah terprovokasi," ucap Sony.
Kejadian-kejadian tak terduga seperti jalur tiba-tiba dipotong, sebenarnya bila disikapi dengan bijak tidak sampai menimbulkan perselisihan. Sony menyarankan, menghadapi konflik di jalan yang penting adalah tenang dan jika perlu sebaiknya mengalah.
Tak hanya merugikan diri sendiri, perdebatan, atau tindakan fisik yang terjadi, memperburuk keadaan. Awalnya masalah ringan, namun lama-lama menyeret kedua belah pihak ke ranah hukum.
Menurut Sony, memperingatkan pengemudi lain tidak dipermasalahkan. Hanya saja, sebaiknya memahami tindakan balasan pengendara lainnya. Aksi cekcok atau kekerasan bermula dari salah paham dan kejadian tersebut sangat membahayakan pengguna jalan yang melintas.
"Mau memberikan peringatan lihat-lihat kondisi. Jika salah satu terprovokasi, mending mengalah. Cari jalan keluar. Jangan berhenti di jalan dan dilihat banyak orang. Yang rugi siapa? Kita sendiri, jika ramai dan diberitakan di mana-mana malu, dan mencemarkan nama baik," kata Sony.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)
Polres Probolinggo Fasilitasi Penjemputan Nenek Nortaji, Anak Janji Merawat |
![]() |
---|
Nenek Nortaji Bertemu Tiga Anak Kandunya di Panti Jompo Malang |
![]() |
---|
Viral Video Anak Usir Ibu Kandung di Probolinggo, Pemerintah Desa Buka Suara |
![]() |
---|
Anak Diduga Telantarkan Ibu di Probolinggo, Sebut Enggan Merawat |
![]() |
---|
Toko Miras di Malang yang Dipromosikan King Abdi Diperiksa Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.