Berita Jember
32.000 Penerima Bansos di Jember Tidak Layak Menerima Bantuan
Ada sekitar 32.000 warga dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Jember tidak layak menerima bantuan.
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Kepala Dinas Sosial Jember Akhmad Helmi Luqman memaparkan ada sekitar 32.000 warga dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) tidak layak menerima bantuan.
Menurut Helmi mereka tidak masuk katagori miskin.
Ini terungkap saat hearing Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember mengelar terkait penyaluran Bantuan Sosial (Bansos), Senin (5/6/2023).
Hearing yang menghadirkan Dinas Sosial (Dinsos) Jember ini membahas soal kesesuaian DTKS dengan fakta di lapangan.
"Kami sebenarnya sudah mengusulkan ke Pudatin Kemensos. Tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Pengusulan sejak tahun lalu," ucapnya.
Baca juga: Demi Eksistensi, Lulusan SMP Asal Lumajang Retas 200 Website Mayoritas Situs Resmi Pemerintah
Menurutnya puluhan ribu data warga yang masuk DTKS tersebut sebagian masih memperoleh bantuan. Ada juga yang tidak.
"Data tersebut kan ada di Kemensos dan data tersebut tidak akan hilang, tapi non aktif. Kalau penyaluran bantuannya tergantung kuota dari pemerintah pusat. Sebagian ada yang sudah dihentikan, sebagian masih dapat bantuan," kata Helmi.
Dari puluhan ribu DTKS tersebut, kata Helmi, selain bukan katagori warga miskin , rupanya mereka juga ada yang sudah meninggal dunia.
Sementara, lanjut Helmi, pengusulan data DTKS berasal dari Pemerintah Desa (Pemdes). Bukan dari Dinsos Jember.
"Pengusulan dilakukan melalui Musyawarah Desa (Musdes). Jadi operator desa yang memasukan melalui aplikasi SIKS-NG. Asumsi orang orang Dinsos yang input, padahal bukan, tetapi desa yang input," paparnya.
Sementara Anggota Komisi D DPRD Jember Ardi Pujo Prabowo mengaku dalam pendataan penerima manfaat yang dilakukan di desa, masih kental dan sering dipolitisasi.
"Sangat politis banget, banyak sekali pendataan dengan dasar like and dislike. Jadi bukan atas dasar asas pemanfaatan bagi masyarakat. Nah, inilah yang sering terjadi," paparnya.
Anggota Fraksi Gerindra ini mendorong kepada Dinsos Jember untuk mengkaji kembali data-data yang dikirim oleh operator pemdes. Supaya penyaluran bansos benar-benar tepat sasaran.
Baca juga: BREAKING NEWS: Pamit Ujian Kenaikan Sabuk, Siswa Perguruan Silat Tewas Setelah Dirawat Intensif
"Karena kalau soal bantuan, kesadaran bagi warga yang mampu juga masih kurang. Meskipun mereka mampu, mereka masih mau menerima bantuan apapun, baik PKH, bantuan tunai maupun non tunai," kata Ardi.
Apalagi, kata Ardi, jelang tahun politik Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, bansos sering kali dijadikan bancaan di desa-desa.
"Kami tidak ingin bantuan tersebut disalahgunakan kepada penerima. Sehingga kami mendorong dinsos menerjunkan tim di desa -desa, agar bantuan tersebut betul-betul tepat sasaran," katanya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)
Sepasang Mahasiswa Universitas Jember Berbuat Asusila di Kampus, Jalani Sidang Tim Etik |
![]() |
---|
Dua Mahasiswa Diduga Berbuat Asusila di Universitas Jember, Viral di Media Sosial |
![]() |
---|
Warga Jual Rumah Massal di Jember, Pemkab Panggil dan Desak Pengembang Perbaiki Drainase |
![]() |
---|
Warga Perumahan Grand Permata Indah Jember Ramai-Ramai Jual Rumahnya |
![]() |
---|
Penerbangan Perdana Jember-Jakarta Kembali Ditunda, Kali Ini 23 September 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.