Berita Jember

Pendapatan Pedagang Pasar Tanjung Jember Turun 75 Persen, Dampak Menjamurnya Online Shop

Pendapatan pedagang Pasar Tanjung Jember turun drastis sejak menjamurnya platform penjualan digital alias online shop

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TribunJatimTimur.com/Imam Nawawi
Suasana di lapak pakaian milik Erwin, pedagang Pasar Tanjung Jember, yang sepi pembeli 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Pendapatan pedagang Pasar Tanjung Jember turun drastis sejak menjamurnya platform penjualan digital alias online shop.

Hal tersebut diakui oleh Erwin Rewandi Mbalu, pedagang pakaian di pasar terbesar di Jember ini. Lapaknya terlihat sepi pengunjung, Rabu (20/9/2023).

Pedagang lulusan Institut Teknologi dan Sains Mandala Jember ini, hanya bermain ponsel untuk menunggu kedatangan pembeli di lapak konveksinya.

Erwin mengaku, sejak kemunculan aplikasi penjualan online ini, pendapatannya tersedot 75 persen. Karena, semua konsumen beralih untuk membeli di marketplace.

"Yang saya rasakan itu, omzet penjualan ada 75 persen turunnya. Jadi untuk bisa bertahan, rasa-rasanya tidak akan mampu kalau seperti ini," ucapnya.

Menurutnya, sebagai pelaku usaha kecil di pasar tradisional, modalnya juga sangat minim. Bahkan, sebagian dari modal tersebut berasal dari pinjaman bank.

"Seandainya kalau usaha terancam tutup, dengan jumlah barang yang masih penuh seperti ini. Gimana caranya kami mau setor pembayaran pinjaman ke bank," kata Erwin.

Baca juga: Pemkot Kampanyekan Rawon Sate Komo Sebagai Makanan Khas Kota Pasuruan 

Erwin mengaku dalam sehari saja, terkadang tidak ada satu pun barang yang dibeli oleh para konsumen. Karena, semua pembeli beralih ke e-commerce. 

"Karena kadang dalam satu hari, satu pun tidak laku. Cuma modal sudah terlanjur diinvestasikan ke barang, kayaknya kalau kami mau tutup sekarang, ya tidak mungkin juga," imbuhnya.

Sebelum kehadiran aplikasi penjualan online, Erwin mengaku bisa menjual pakaian, dengan total harga semua barang sebesar Rp 4 juta per hari.

"Hari-hari bisa omzet penjualan kami bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 5 juta sehari. Kalau waktu hari besar seperti hari lebaran, bisa tiga hingga empat kali lipat dari itu," katanya.

Oleh karena itu, Erwin berharap pemerintah bisa membuat regulasi khusus bagi para pengusaha e-commerce, agar tidak menyedot pembeli barang di pasar tradisional.

"Harapannya dari pemerintah ada perhatian khusus, kepada para pedagang tradisional. Kalau pemerintah tidak memberikan perhatian, mungkin satu atau dua tahun lagi, para pedagang pakaian dan butik pun banyak yang tutup," jlentrehnya.

 

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved