Berita Jember
Dilanda Kekeringan, Petani Padi di Jember Andalkan Mesin Pompa Air untuk mengairi Sawahnya
Meski sudah masuk musim hujan, lahan pertanian di Jember masih kekeringan seperti di kawasan selatan, sehingga petani harus menyedot air
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Lahan pertanian di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember, dilanda kekeringan meskipun Januari ini merupakan masa Muslim hujan.
Kekeringan ini menyusahkan petani yang saat ini menanam padi.
Lahan pertanian di kawasan Jember selatan masih diladang kekeringan akibat minimnya curah hujan di awal Tahun 2024 ini.
Hal tersebut membuat aliran irigasi di kawasan Jember selatan tidak lancar. Sehingga para petani hanya mengandalkan mesin pompa air untuk mengairi sawahnya.
Karena mengandalkan pompa air untuk menyedot air dari sumur, membuat petani harus mengeluarkan biaya besar untuk pembelian bahan bakar minyak.
Seperti yang terlihat di lahan pertanian milik petani di Dusun Krajan Lor Desa Sumberejo, Ambulu. Sawah di kawasan itu terlihat sudah retak, meskipun ada tanaman padinya. Dua hari terakhir, petani setempat harus mengaliri sawahnya dengan menyedot air.
Ngateno, seorang petani di Desa Sumberejo mengatakan kekeringan saat ini jauh lebih lama, bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga kondisi ini sangat mengkhawatirkan keberlangsungan hidup tanaman padi.
"Sebelum sebelumnya, pernah ada kekeringan. Tetapi tidak parah, baru sekarang ini kekeringannya paling parah," ujarnya.
Menurutnya, para petani cuma bisa mengandalkan mesin pompa air tenaga diesel. Karena hanya cara tersebut yang dapat dilakukan dalam kondisi kekeringan seperti ini.
"Meskipun tidak semua sumur sumbernya lancar, karena yang punya sumber kuat itu sebagian saja sumurnya," kata Ngateno.
Biaya pengairan selama proses bajak sawah ukuran satu hektar, Ngateno mengungkapkan, harus membeli BBM jenis pertalite sabanyak 50 liter.
"Itu untuk pembukaan lahan saja. 50 liter itu kekuatanya untuk pompa air, yang dinyalakan sejak pagi hingga jam 3 sore, kadang ya hanya jam 2 siang," katanya.
Setelah sawah tersebut ditanami padi, petani harus rajin memberi BBM untuk pompa air, karena intensitas mengaliri sawah lebih sering.
"Kalau untuk pengairan rutin, ukuran sawah setengah hektar butuh 20 liter. Kalau sawahnya satu hektar, berarti ada 40 liter," tuturnya.
Penggunaan pompa air untuk proses irigasi tanaman padi di Jember selatan, kata Ngateno, akan dilakukan petani hingga datang hujan lebat yang bisa menggenangi lahan pertanian.
Baca juga: Karena Minta Pakai Helm, Driver Ojol Malah Dapat Satu Bintang dari Penumpang, Curhatannya Viral
"Kalau hujan turun dalam waktu dekat, kemungkinan petani tidak akan rugi. Tetapi kalau kekeringan masih panjang, pasti petani rugi besar, karena hasil panen tidak sepadan dengan biasa beli BBM," katanya.
Kepala Sekolah SD di Jember yang Pukul Siswa Dinonaktifkan, Dua Wali Murid Cabut Laporan Polisi |
![]() |
---|
Ramai Saat Pelajaran Agama, Kepala Sekolah di Jember Pukul 3 Siswa Kini Dilaporkan Polisi |
![]() |
---|
Promosi Wisata Bahari, Pemkab Gelar Jember Fishing Tourism 2025 |
![]() |
---|
Beasiswa KIP Kuliah Dicabut, Pedagang Tahu di Jember Bingung Biayai Anak |
![]() |
---|
Prevalensi Stunting di Jember Tertinggi di Jawa Timur, Capai 30,4 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.