Lipsus Gandrung Banyuwangi

Mudi-Mudi Pewaris Gandrung Terop

Beberapa anak muda perempuan tekun belajar ke para maestro gandrung hingga berhasil menjadi gandrung profesional.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur/Aflahul Abidin
Para penari gandrung muda bersama maestro gandrung. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Banyuwangi - Menjadi gandrung profesional bukan hanya soal menari. Gandrung profesional, yaitu gandrung yang tampil di pentas terop, juga harus bisa menembang dan menampilkan pertunjukan berdasarkan pakem-pakemnya.

Mayoritas gandrung profesional yang ternama di Banyuwangi adalah perempuan-perempuan berusia lebih dari separuh baya. Sebut saja di antaranya Temu Misti, Sudartik, Mudaiyah, dan Sunarsih.

Meski demikian, bukan berarti gandrung profesional tak memiliki penerus. Beberapa anak muda perempuan tekun belajar ke para maestro gandrung hingga berhasil menjadi gandrung profesional.

Salah satu di antaranya adalah Fika Puspitasari (24). Sejak 2022, Fika sudah turun ke pentas gandrung terop. Ia tampil di beberapa tanggapan dan dibayar secara profesional. Usianya yang masih tergolong remaja tak menghalanginya untuk berkesenian secara sungguh-sungguh.

“Awalnya diajak tanggapan. Kemudian diajak terus,” kata Fika kepada TribunJatimTimur.com, saat ditemui usai pentas beberapa bulan lalu.

Baca juga: Tuntut Gaji dan Tunjangan PHK Dibayar,  Ratusan Karyawan Demo PT PMMP

Fika mengenal gandrung sejak belia. Nenek buyutnya juga merupakan penari gandrung. Tak heran apabila “darah seni gandrung” masih mengalir di tubuhnya. Sejak kecil pula ia punya ketertarikan untuk menjadi penari.

“Awalnya belajar dari kaset. Dulu belum banyak video gandrung di internet,” lanjutnya.

Untuk menguasai pakem-pakem dan terampil mementaskan gandrung, Fika belajar langsung kepada maestro yang ada. Ia sempat mengikuti program nyantrik, yakni program pewarisan ilmu gandrung terop dari maestro ke mudi-mudi yang diinisiasi beberapa akademisi pada 2023.

Dari para maestro itu, Fika belajar banyak hal. Ia bahkan harus belajar langsung ke rumah sang maestro untuk belajar. Tak jarang gandrung senior memarahinya karena Fika mempraktikan pentas gandrung secara keliru.

“(Yang sudah itu) tembang-tembangan. Sama seblang-seblangannya juga,” kata dia.

Tembang-tembangan yang dimaksud Fika adalah lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan gandrung terop. Selain olah gerak tari, penari gandrung juga harus bisa menyanyikan tembang-tembang khusus yang kebanyakan bernada tinggi. Sementara seblang-seblangan adalah salah satu pakem gandrung terop di bagian paling akhir.

Baca juga: Diduga Akibat Dendam Asmara, Pria di Lumajang Tewas Penuh Luka

Gandrung muda lainnya, Lucy Sari Hermawati (22). Lucy terjung di dunia gandrung sejak kelas 1 sekolah menengah tingkat lanjut. Yang menarik, Lucy juga merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya.

Oleh kalangan seniman, ia dianggap salah satu pelaku yang menaikkan kasta gandrung profesional. Lucy dijuluki gandrung (calon) sarjana. 

“Setelah SMK, saya diperbolehkan (ikut tari gandrung). Kebetulan bapak saya panjak,” kata Lucy. Panjak adalah seorang penabuh gendang yang mengiringi pertunjukan gandrung terop.

Sama seperti Fika, Lucy juga merupakan siswi program nyatrik ke maestro gandrung. Dari belajar ke para senior, ia tahu bahwa menjadi gandrung bukan hal mudah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved