Berita Blitar
Wawancara Eksklusif Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi: Kalau Bisa Jangan Ada Rujukan ke Luar Blitar
Dalam wawancara itu, dr Woro, panggilan akrab Endah Woro Utami menyampaikan banyak hal terkait pengelolaan dan pengembangan fasilitas kesehatan.
Standar pelayanan semua dokter harus memberikan obat sesuai formularium nasional. Kedisiplinan itu selalu kami pantau.
Akhirnya, pembiayaan BPJS bagaimana kami tidak rugi. Kalau sudah tidak rugi, intinya kalau dikatakan laba, pengobatan tidak ada laba. Apa yang menjadi kelebihan bayar tadi, kami kembalikan ke masyarakat.
Masyarakat tidak mungkin dikasih obat yang obatnya harus yang istimewa. Yang penting sembuh dan pelayanannya nyaman. Itu yang dimaksud mutu pelayanan baik, cepat sembuh.
+ Bu woro, ini rumah sakit milik Pemkab Blitar. Tapi, terlihat rumah sakit ini sudah mandiri. Bagaimana support dari masyarakat agar terus meningkatkan pelayanan di rumah sakit?
- Sebetulnya uang kami ini juga uang pemerintah. Jadi pendapatan rumah sakit juga APBD. Hanya dari APBD ini pemerintah bagi kami supportnya apa? Ya pengelolaan kami dengan BLUD sudah menjadi support.
Artinya kami diberi kewenangan mengatur sesuai kebutuhan masyarakat. Intinya tetap menjalankan visi yang sudah ditetapkan pimpinan daerah.
Kalau sekarang pimpinan berganti maka visinya apa kami mengarah ke sana. Salah satu contoh visi Bapak Bupati terpilih soal pembiayaan gratis lansia.
Nah, bagaimana tidak hanya BPJS, tetapi bagaimana para lansia juga mendapat pengobatan yang baik. Tentu saja yang mampu bisa BPJS mandiri, kalau tidak mampu, apapun lansia pengobatan bisa terjangkau.
Dukungan pemerintah pembiayaan yang kami kelola sendiri. Jadi tidak diambil Pemda, tapi pendapatan kembali untuk pelayanan masyarakat.
Tambah lagi bahwa kami ASN gaji dari APBD, bukan pendapatan kami. Itu sebetulnya dukungan yang besar.
+ Bu Woro, bagaimana peran teknologi ini bisa meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD?
- Bicara ini pas sekali. Ini judul disertasi saya. Karena masyarakat kalau di Blitar rata-rata (pendidikan) masih SMP. Bagaimana kami bisa masuk (sistem digital)? Itu pertama-tama kami berat sekali.
Satu contoh bagiamana perubahan digital mulai pasien masuk pendaftaran sudah digital. Kami mengajari itu dengan inovasi Grebeg JKN. Jadi, pagi, pegawai mendampingi pasien agar bisa digital.
Kalau sistem digital yang kami pakai daftar tanpa antrean, JKN mobile. Itu sudah digital, tidak ada kertas lagi, tidak ada antrean. Masuk langsung ke poli. Dan poli rekam medisnya sudah elektronik semua.
Masuk satu sehat aplikasi Kemenkes sudah terhubung, sehingga pasien sudah terlacak pengobatannya dan terpenting lagi dengan digital itu masyarakat tidak perlu antre.
Dicari rekam medisnya. Kalau dulu kan ada pasien marah-marah. Ada rumah sakit bupatinya marah, tapi tidak di sini, karena harus antre mencari rekam medis. Kini tinggal diklik. Peran digital untuk mutu.
Kemudian tidak hanya itu. Untuk resepnya sudah digital e-resep. Dulu antre obat bayangkan. Harus ditulis, dokternya datang. Sekarang tidak, begitu pasien masih diedukasi dokter, resep sudah terkirim.
Kami punya inovasi apotek tanpa antrean (Arjuna). Mereka tidak antre bisa delivery, bahkan waktu itu kami antar ke rumah.
Sekarang tidak diantar ke rumah, begitu datang waiting time, biasanya obat diracik 2 jam, sekarang sudah bisa 30 menit. Sehingga tidak banyak komplain dan biaya tidak banyak.
Sampai pasien pulang, setelah dirawat inap juga begitu. Begitu pasien lab, hasilnya digital. Dikirim tinggal buka hasil lab.
Terpenting lagi tidak hanya di pelayanan, kami manajemen juga punya digital. Mulai dari perencanaan kami punya inovasi yaitu Sisir Putri. Itu wujud transparan kami.
Dengan inovasi itu, perencanaan kebutuhan di ruangan obat, butuh apa itu, harus masuk digital. Tidak ada sampai ada obat habis. Harapannya ini terus berlangsung.
+ Bu Woro, apa harapan atau cita cita yang masih belum tercapai di rumah sakit?
- Sebenarnya kepuasan pasien itu ada tiga macam. Jadi bisa langsung ke web kami, maupun ke petugas. Kedua kami punya indeks kepuasaan masyarakat lewat satu sistem langsung. Habis dilayani mereka langsung (memberikan penilaian). Terakhir, ada pihak luar yang menilai.
Rata-rata memang terkait pelayanan, pertama tentu SDM, terutama pelayanan dokter, itu kelemahan kami. Akan terus kami tingkatkan.
Lalu yang tidak bisa dilayani di sini harus dirujuk. Itu kami upayakan di tahun ini. Dokter kami upayakan disiplin. Ada supervisi. Pembinaan terus ditingkatkan.
Terkait rujukan jangan sampai di luar Blitar. Misalnya sakit jiwa harus ke Surabaya, Malang. Sekarang di sini dokter jiwa ada.
Tadi pelayanan jantung sampai pasang ring, kami dapat hibah dari pemerintah. Nanti, jadi rujukan, semua di wilayah Blitar ke sini, tidak usah keluar Blitar. Kami dipilih itu dan dapat anggaran dari pusat.
Kemudian kanker kemoterapi diusahakan ada tahun ini, juga untuk stroke trombolitik jadi empat jam sudah ditangani, itu juga dapat hibah dari kementerian. Kami ditunjuk juga diberi fasilitas. Harapan kami gratis.
+ Terakhir, ceritakan sosok Bu Woro? Mulai sekolah sampai meniti karir menjadi Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi?
- Saya kalau boleh dibilang masa kecil anak orang tidak mampu. Saya asli Blitar. Karena orang tidak mampu dan kesulitan berobat waktu itu, akhirnya cita-cita saya dari kecil ingin jadi dokter.
Pendidikan saya lancar. Mulai SD Sananwetan 5 sekarang menjadi SDN Sananwetan 3 Kota Blitar, lalu SMPN 3 Kota Blitar, dan SMAN 1 Kota Blitar. Selanjutnya masuk Fakultas Kedokteran UB.
Setelah lulus, waktu itu 1998, saya dapat tugas di desa di wilayah Pantai Prigi Trenggalek. Jadi pegawai tidak tetap. Tiga tahun wajib kerja di Prigi, di Puskesmas Watulimo. Satu-satunya dokter (di Watulimo), dulu masih jarang ada dokter.
Setelah itu, 2002 diterima pegawai negeri ditempatkan di Panggul Trenggalek. Saya ingin pulang waktu itu, ingin merawat orang tua, bapak ibu sudah sepuh, dan saya anak perempuan satu-satunya. Saya ingin kembali (ke Blitar) dan akhirnya diberi peluang di Kabupaten Blitar pada 2006.
Langsung di rumah sakit (RSUD Ngudi Waluyo Wlingi). Saya jaga IGD. Belajar di rumah sakit, dari bawah. Baru masuk manajemen mulai 2008. Dari kasi, kabid, dan pada 2012 jadi wakil direktur.
Pada 2017 ditunjuk menjadi Plt (pelaksana tugas) direktur dan pada 2019 dipercaya menjadi direktur rumah sakit sampai sekarang.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur
(Samsul Hadi/TribunJatimTimur.com)
Polisi Blitar Kota Amankan 14 Pesilat dari Luar Daerah, Diduga Rusak Rumah dan Keroyok Warga |
![]() |
---|
Polisi Selidiki Identitas Mayat Perempuan Muda Tergeletak di Pinggir Jalan Raya Selopuro Blitar |
![]() |
---|
Mayat Perempuan Ditemukan di Pinggir Jalan Raya Blitar - Malang, Wajah Korban Ditutup Rumput |
![]() |
---|
Mulai Turun, Harga Cabai Rawit di Kota Blitar Masih Rp 60.000 Kilogram |
![]() |
---|
10 SD Negeri di Kota Blitar Minim Pendaftar, Dinas Pendidikan Buka Pendaftaran Offline |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.