Ramadan 2025

Warga Desa Sugerkidul Jember Mulai Puasa Hari Ini

Sebagian warga Desa Sugerkidul, Kecamatan Jelbuk, Jember, telah memulai ibadah puasa Ramadan 1446 Hijriyah, mulai Jumat (28/2/2025). 

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur/Imam Nawawi
PUASA LEBIH AWAL: Aktifitas santri Pondok Pesantren Muhfilud Duror Desa Sugerkidul Kecamatan Jelbuk Jember, Jawa Timur, Jumat (28/2/2025) Warga disekitar Ponpes ini telah menjalankan puasa lebih awal. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jember - Sebagian warga Desa Sugerkidul, Kecamatan Jelbuk, Jember, telah memulai ibadah puasa Ramadan 1446 Hijriyah, mulai Jumat (28/2/2025). 

Keputusan ini berbeda dengan ketentuan pemerintah yang baru akan menetapkan awal Ramadan melalui sidang isbat oleh Kementerian Agama Republik Indonesia pada malam harinya.

Warga di lingkungan Pondok Pesantren Mahfilud Duror, khususnya di Dusun Krajan Timur, juga telah melaksanakan salat Tarawih pada Kamis malam (27/2/2025).

Baca juga: Tanah Longsor Tutup Jalan Piket Nol Lumajang, Lalu Lintas Terganggu

Muhammad Faisol, salah satu santri di Ponpes Mahfilud Duror, mengungkapkan bahwa tradisi berpuasa lebih awal sudah menjadi kebiasaan di lingkungan pesantren ini.

"Tadi malam kami sudah menjalankan salat Tarawih dan makan sahur sebelum memulai puasa," kata Faisol.

Menurutnya, metode yang digunakan di pondok pesantren ini berbeda dengan metode pemerintah. "Setiap tahun kami memulai puasa lebih awal karena menggunakan perhitungan hisab sendiri," ujarnya.

Faisol berharap Ramadan tahun ini dapat dijalani dengan penuh keistiqamahan. "Mudah-mudahan kami bisa menjalankan ibadah dengan lebih istiqamah, baik puasa maupun salat Tarawih, tanpa terputus," tambahnya.

Baca juga: Polres Probolinggo Gelar Simulasi Tanggap Banjir di Desa Kedungdalem

Pondok Pesantren Mahfilud Duror menggunakan kitab Najatul Majalis karya Syekh Abdurrahman As-Syafi’i sebagai rujukan utama dalam penentuan awal Ramadan.

KH Ali Wafa, pengasuh ponpes, menjelaskan metode hisab yang digunakan dikenal dengan istilah acuan khumasi.

"Perhitungan ini didasarkan pada lima hari dari awal puasa tahun sebelumnya. Dengan metode ini, awal Ramadan untuk tahun berikutnya bisa diketahui sejak jauh hari," jelasnya.

Ali Wafa menegaskan bahwa perbedaan dalam penetapan awal puasa merupakan hal yang wajar dan tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan.

"Perbedaan ini adalah berkah. Kami selalu menekankan pentingnya persaudaraan dan saling menghormati perbedaan dalam penentuan awal Ramadan," katanya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved