Gebrakan Bupati Pasuruan
Di Balik Pintu Kerja Bupati Mas Rusdi, Gebrakan dan Ikhtiar Panjang untuk Pasuruan
Ikuti hasil wawancara khusus Tribun Jatim Network dengan Bupati Pasuruan Rusdi Sutejo, banyak hal dia sampaikan
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Sri Wahyunik
TRIBUNJATIMTIMUR.COM, PASURUAN — Langit Kota Bangil siang itu cerah nyaris tanpa noda. Dari lantai empat kantor Bupati Pasuruan, tampak menggurat samar antara atap kota dan punggung pegunungan. Di balik jendela kaca, hawa sejuk pendingin ruangan menyapu pelan, menyelingi perbincangan kami, dengan seorang kepala daerah yang tak gemar protokoler.
Mas Rusdi, begitu ia biasa disapa — menerima kami, tim Tribun Jatim Network, tanpa formalitas berlebih. Tak ada pembatas antara pejabat dan pewarta. Hanya ruang kerja yang bersih dan sederhana, yang lebih menyerupai ruang diskusi ketimbang ruang kekuasaan.
“Silakan duduk. Kita ngobrol santai saja,” ujarnya sembari tersenyum. Di hadapan kami, ia buka percakapan dengan tenang. Tapi jelas, yang dibicarakan adalah soal-soal serius: janji kampanye, arah pembangunan, dan kerja-kerja nyata yang sedang dirintis.
*Empat Pilar, Tiga Puluh Tiga Program, Satu Komitmen*
Sejak dilantik bersama Gus Shobih Asrori, wakilnya, Mas Rusdi menyusun prioritas pembangunan lewat empat pilar utama: kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan layanan masyarakat. Dari sana, lahirlah 33 program prioritas — bukan hanya sebagai daftar kerja, tapi sebagai peta jalan menuju Pasuruan yang lebih inklusif.
Langkah awal yang ia ambil tak sekadar simbolik. Penataan ulang layanan publik jadi gebrakan pertamanya. Mulai dari administrasi kependudukan hingga perizinan usaha dipangkas dari belitan birokrasi.
“Kalau dokumen lengkap dan sesuai, izin kami pastikan rampung dalam enam bulan,” katanya, tegas.
Namun ia tak hanya memangkas. Ia juga menjaga. Saat geliat investasi datang, Mas Rusdi berdiri di antara kebutuhan pembangunan dan perlindungan lahan pertanian. “Pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan keberlanjutan,” katanya. Ia ingin Pasuruan maju, tanpa kehilangan akarnya.
*Antara Buruh dan Investor, Pemerintah Jadi Wasit*
Di tengah dinamika industri, ia menempatkan Pemerintah Daerah sebagai penengah yang adil. “Kami harus bisa jadi wasit yang baik antara buruh dan pengusaha. Semua harus merasa terayomi,” ujarnya.
Ia tahu, tak semua warga terserap dunia industri. Maka lahirlah Pasuruan Creative Center (PCC), pusat pelatihan wirausaha dari nol. Mulai dari desain produk, pelatihan produksi, hingga pemasaran digital — semua disiapkan. Targetnya jelas: mencetak pencipta kerja, bukan hanya pencari kerja.
*Infrastruktur dan Etos Pelayanan*
Di bidang infrastruktur, Mas Rusdi tak ingin banyak bicara. Rp100 miliar digelontorkan untuk perbaikan jalan rusak, merespons keluhan masyarakat yang kerap ia pantau sendiri lewat media sosial. “ASN harus melayani, bukan dilayani,” ucapnya sambil tersenyum tipis.
Jalur-jalur penting seperti Lekok, Rejoso, Mangkrengan, hingga Sidogiri–Rembang mulai disentuh. Dibentuk pula Unit Reaksi Cepat untuk tambal sulam jalan rusak. Mas Rusdi tahu, kecepatan bukan hanya soal perbaikan, tapi juga soal respon.
“Kami baru tiga bulan bekerja, mohon masyarakat bersabar. Kami maksimalkan anggaran daerah,” katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.