TRIBUNJATIMUR.COM, Banyuwangi – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan hasil investigasi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, yang tenggelam 2 Juli 2025, saat pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan kapal mulai proses muat kendaraan di Dermaga LCM, pukul 22.15 WIB dan selesai sekitar 40 menit kemudian.
Proses ini dikendalikan oleh seorang klasi (petugas muatan). Namun, ditemukan tidak ada pengikatan kendaraan (lashing) setelah semua kendaraan masuk ke dek kapal, dan tidak ada rencana pemuatan (stowage plan) yang disusun oleh awak kapal.
Baca juga: Fakta Baru Tragedi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, Muatan 4 Kali Lipat dari Kapasitas
Menurut manifes, KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 22 kendaraan dengan berbagai golongan, serta 53 penumpang dan 12 kru. Namun, KNKT mencatat kemungkinan jumlah penumpang lebih banyak dari yang terdaftar resmi.
"Proses pemuatan selesai pada pukul 22.45 WIB," ujar Soerjanto, saat rapat bersama Komisi V DPR RI di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Selasa (2/7/2025).
Baca juga: Belum Ada Kepastian Kapan Pengangkatan Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya
Selanjutnya enam menit kemudian, tepat pukul 22.51 WIB, kapal meninggalkan dermaga menuju Gilimanuk. Menurut Soerjanto, saat kapal bertolak, tidak ditemukan adanya tanda-tanda gangguan. Mesin berfungsi normal, cuaca baik, dan kapal tidak mengalami kemiringan.
Namun sekitar 30 menit setelah pelayaran, situasi berubah drastis. "Mualim jaga yang berada di anjungan mulai merasakan kemiringan kapal ke arah kanan," jelasnya.
Kemiringan kapal menjadi awal dari rangkaian peristiwa kritis. Awak kapal, termasuk juru mudi dan kelasi jaga, melihat air laut mulai masuk ke kamar mesin melalui pintu. Juru minyak yang berada di kamar mesin juga melihat hal yang sama dan segera meninggalkan ruangan.
Melihat situasi memburuk dengan cepat, mualim jaga memerintahkan awak kapal membantu penumpang mengenakan jaket pelampung dan bersiap untuk evakuasi.
Baca juga: Berdayakan Akselerasi Digitalisasi Desa, Telkomsel Hadirkan Program Baktiku Negeriku 2025 di Pacitan
Dalam kondisi darurat tersebut, nakhoda dibangunkan dan segera mengambil alih kendali kapal serta mengirimkan panggilan darurat melalui saluran radio VHF channel 16.
Ketegangan meningkat saat Kepala Kamar Mesin (KKM) melaporkan kendaraan di buritan kapal mulai bergeser dan bertumpuk ke sisi kanan. Ini memperparah kemiringan kapal yang sebelumnya bertahap, namun kemudian terjadi sangat cepat.
"Buritan kapal mulai tenggelam terlebih dahulu sambil miring ke kanan. Seluruh proses tenggelam hanya berlangsung dalam waktu tiga menit," ungkap Soerjanto.
Beberapa kapal lain seperti KMP Gilimanuk 1 dan Tunu Pratama 3888 mencoba mendekat untuk membantu, namun kesulitan mengenali objek terapung di tengah gelombang yang cukup tinggi. Ombak besar dan muatan mulai bergeser membuat upaya evakuasi tak memungkinkan, sehingga kapal-kapal bantuan memutuskan kembali ke dermaga.
Baca juga: Kisah Heroik Para Nelayan Selamatkan Korban KMP Tunu Pratama Jaya
Korban selamat tercatat sebanyak 30 orang. Sementara 19 orang ditemukan meninggal dunia. Belasan korban lainnya masih dalam pencarian.
KNKT menyatakan investigasi ini akan menjadi dasar penting untuk perbaikan prosedur keselamatan pelayaran, terutama dalam penerapan standar pengikatan muatan dan rencana pemuatan yang selama ini kerap diabaikan.
(TribunJatimTimur.com)