Atap Asrama Santri Putri Ambruk

Korban Selamat Ceritakan Detik-Detik Ambruknya Atap Ponpes di Situbondo hingga Harus Jalani Operasi

Salah satu santriwati korban selamat menceritakan detik-detik ambruknya atap Ponpes di Situbondo, hingga harus menjalani operasi. 

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Haorrahman
TribunJatimTimur.com/Ahmad Zaimul Haq
DIRAWAT: Putri Mafaza salah satu santriwati Pondok Pesantren Salafiya Sa’fiiyah Syekh Abdul Qodir Jaelani di Desa Belimbing, Kecamatan Besuki, Situbondo, harus menjalani operasi di RSUD Besuki, Kamis (30/10/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Atap kamar santriwati Ponpes Salafiya Sa’fiiyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Situbondo, ambruk 
  • Putri Mafaza Salsabila menjadi salah satu santriwati yang selamat, namun terluka di paha kiri dan menjalani operasi di RSUD Besuki.
  • Mafaza menceritakan detik-detik dirinya terbangun saat atap ambruk.
  • Meski trauma, dia tetap ingin kembali ke pondok pesantren setelah sembuh.

 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Situbondo - Salah satu santriwati Pondok Pesantren Salafiya Sa’fiiyah Syekh Abdul Qodir Jaelani di Desa Belimbing, Kecamatan Besuki, Situbondo, Putri Mafaza Salsabila (13), merupakan korban selamat dalam peristiwa ambruknya atap kamar santriwati pada Rabu (29/10/2025) dini hari.

Namun akibat peristiwa itu, Mafaza mengalami luka di paha kiri dan harus menjalani operasi di RSUD Besuki, Kamis (30/10/2025). “Paha kiri saya luka, tertimpa kayu,” ujarnya saat ditemui TribunJatimTimur.com di rumah sakit.

Baca juga: Cerita Korban Tewas Ponpes Situbondo, Baru Berulang Tahun Belum Sempat Kenakan Kado dari Orang Tua

Mafaza menceritakan, dia baru merasakan sakit di paha kirinya setelah berhasil menyelamatkan diri, dan dibawa ke rumah pengasuh pondok pesantren.

“Saya sadar paha saya berdarah, tapi belum terasa sakit waktu menuruni tangga. Baru terasa sakit saat sudah di ruangan Pak Kiai,” katanya.

Detik-Detik Ambruknya Atap

Menurut kesaksian santriwati berusia 13 tahun itu, semua santriwati sudah tidur sekitar pukul 23.00 WIB. Mereka tidur dalam dua deretan. Mafaza tidur di deret pertama, bersama sekitar tujuh hingga delapan orang.

“Di deret saya ada yang tidak terluka,” ungkapnya.

Saat kejadian, Mafaza terbangun dengan wajah tertutup bantal teman di sebelahnya, sementara pahanya tertimpa kayu plafon. 

Baca juga: Santriwati Korban Atap Ambruk Ponpes Situbondo Jalani Operasi

Beruntung karena posisi tidurnya berada di depan lemari, sehingga sebagian kayu tidak menimpanya langsung.

“Saya langsung terbangun waktu dengar suara ambruk. Teman saya sempat bilang masih kejatuhan apa gitu, lalu semuanya ambruk,” ceritanya.

Dalam keadaan panik, Mafaza langsung beranjak berusaha menyingkirkan kayu yang menimpa pahanya. Dia segera menuruni tangga untuk menyelamatkan diri.

“Saya tidak sempat menolong teman-teman, saya panik,” ujarnya lirih.

Baca juga: Parpol Berdatangan ke Ponpes Syeh Abdul Qodir Jailani yang Atapnya Ambruk

Hujan dan Angin Kencang

Sebelum atap ambruk, Mafaza mengaku sempat mendengar hujan ringan dan angin berhembus di sekitar pondok. Malam itu, para santriwati sedang menghafalkan Al-Qur’an sebelum tidur.

“Sebelum tidur saya menghafalkan Al-Qur'an lalu tertidur,” tuturnya.

Meski mengalami peristiwa menegangkan, Mafaza mengaku tidak kapok dan bertekad kembali ke pondok pesantren setelah kondisinya pulih. Ia diketahui baru mulai nyantri pada Juni 2025 lalu. “Saya masih mau balik ke pondok,” tambahnya.

(TribunJatimTimur.com)

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved