Opini

Koboi, Jalan Ninja Purbaya

Media nasional dan internasional ramai tertuju kepada Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang baru dilantik menggantikan Sri Mulyani.

KOMPAS.com/ISNA RIFKA SRI RAHAYU
DJP PECAT PEGAWAI - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa setelah melakukan konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Jakarta, Senin (22/9/2025). Purbaya menanggapi soal DJP bersih-bersih hingga pecat 26 pegawai pajak. 

Kenapa tidak, ada yang menganggap ucapan Purbaya soal 'suara sebagian kecil rakyat'. Merendahkan aksi demonstrasi masyarakat yang sudah memakan korban.

Bahkan beberapa pengamat mempertanyakan penggunaan kata "saya" dalam kalimat "saya ciptakan pertumbuhan ekonomi" yang terkesan individual ketimbang kerja tim. Purbaya dianggap terlalu single player dan sangat percaya diri.

Bukan Koboi namanya kalo bukan Purbaya. Aktivitasnya turun lapangan seperti makan di warung kaki lima atau makan di kantin adalah perilaku luar biasa.

Ya, memang tidak berpengaruh langsung pada kebijakan yang sedang akan dijalankan, tetapi ini berhasil membangun kepercayaan publik. Terlihat dia seorang Menteri yang memang bekerja. Meski dia seorang pejabat, ternyata juga ikut merasakan, mendengarkan dan melihat sendiri realita di tengah masyarakat.

Setidaknya, perilakunya itu semakin kian mempersempit jarak antara pemerintah dengan rakyat. Meski keadaan ekonomi masih fase stagnan. Namun gaya komunikasi ini melonggarkan hubungan rakyat dengan pemerintah yang sempat tegang di masa masa demontrasi di agustus lalu.

Gaya komunikasi dengan ‘menyapa realita’ rakyat seperti tersebut di atas, makin mempermudah Purbaya berkomunikasi ke khalayak. Nantinya, kebijakan semakin mudah dicerna dan diterima.

Sebagai contoh, Purbaya Yudhi Sadewa mengaku terkejut saat mengetahui besaran tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang mencapai rata-rata 57 % . Saking terkejutnya dia menyebut Firaun.

"Saya tanya, kan, cukai rokok gimana? Sekarang berapa rata-rata? 57 % , wah tinggi amat, Firaun lu,"

Kita tau sendiri Firaun adalah sosok pemimpin Mesir. Yang merupakan sosok pertama di bumi yang mengenalkan sistem pungutan negara kepada rakyat, alias pajak. Firaun menetapkan pajak tinggi jika ladang tersebut sangat produktif atau memiliki hasil panen melimpah.

Pengambilan kalimat “Firaun” menghasilkan magnitude yang sangat besar. Terlihat memang agak frontal, namun gaya komunikasi ini menghasilkan telinga nyaman buat rakyat. Terlihat puluhan ribu potongan kalimat ini dijadikan konten di media sosial oleh para netizen.

Sepertinya harapan masyarakat semakin bertumbuh. Bakal ada kepastian yang baik dan berpihak kepada rakyat oleh kebijakan Kementrian Keuangan nantinya.

Bisa saja pernyataan itu menimbulkan perspektif lain. Namun pesan besar yang ditangkap adalah, Purbaya bisa mengambil hati rakyat dan mengambil posisi di kepentingan rakyat.

"Memang harus dibatasi yang rokok itu, paling enggak orang ngertilah...,

Harus ngerti risiko rokok itu seperti apa. Tapi enggak boleh dengan policy untuk membunuh industri rokok terusnya tenaga kerjanya dibiarkan tanpa kebijakan bantuan dari pemerintah,"

Sangat langka, seorang pejabat yang berani mengkritik ke dalam lembaganya sendiri. Keseluruhan kegiatan Menteri Purbaya, didokumentasikan lewat saluran komunikasi oleh timnya lewat media sosial, dan kemudian banyak diadopsi oleh media-media mainstream.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved