Berita Malang
Menginspirasi, Budidaya Ulat Jerman dan Ulat Hongkong Yang Menguntungkan Dari Kabupaten Malang
Warga di Kabupaten Malang membudidayakan Ulat Jerman dan Ulat Hongkong, bisa menjadi inspirasi karena sangat menguntungkan
Kumbang yang telah menetas, akan dipilih kembali antara kumbang yang masih hidup dan kumbang yang telah mati.
"Untuk kumbang yang dalam keadaan hidup akan dipisahkan dengan kumbang yang telah mati dengan menggunakan penyaring atau ayakan dan diberi pollard gandum untuk proses metamorfosis kembali. Kumbang yang telah mati nantinya akan dibuang,” tutur Kepala Gudang Muhammad Zainul Ilmi.
Kumbang yang telah menetas di tempat pembibitan akan dipindahkan ke ruangan tertutup untuk menjaga suhu kelembapan.
Di dalam ruangan tersebut, terdapat lebih dari 5000 kotak kayu kumbang yang siap untuk bermetamorfosis kembali menjadi telur.
"Untuk panennya 5 ton per minggu. Untuk kumbangnya saya membudidaya sendiri,” tutur Fajri.
Setelah telur menetas, akan menjadi ulat berukuran sangat kecil berumur 1 bulan dan harus dipisahkan di tempat lain.
Lalu, saat berumur 1,5 bulan akan dipindahkan kembali di tempat terpisah.
Makanan dari ulat Hongkong adalah pollard gandum dan ampas tahu. Sedangkan minumannya adalah sayuran dan buah yang memiliki serat kadar air.
Fajri Budi Kurniawan juga membuka peluang usaha bagi yang ingin budidaya ulat Jerman dan ulat Hongkong dengan datang langsung ke lokasi.
“Pembibitan beli dari saya dan prosesnya panen akan saya tanggung. Untuk ulat Hongkong panennya seminggu sekali dan ulat Jerman panennya 2 minggu sekali,” tutur Fajri.
Fajri juga mengatakan, modal awal untuk budidaya ulat Jerman minimal Rp 6.000.000 untuk keperluan peralatan, membeli bibit kumbang dengan mendapatkan 500 ekor per kotak, dan mendapat 50 kotak plastik berwarna merah beserta rak. Untuk masa produksi kumbang sampai 2 tahun.
(Septyana Cahyani Eka Saputri/TribunJatimTimur.com)