Berita Banyuwangi

Badan Pangan PBB dan KPP Berdayakan Perempuan Nelayan Skala Kecil Banyuwangi

Melatih para perempuan istri nelayan skala kecil di Kabupaten Banyuwangi untuk memperkuat keterlibatan mereka dalam rantai nilai perikanan

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Haorrahman
TribunJatim-Timur.com/Aflahul Abidin
Kepala Perwakilan FAO Indonesia Rajendra Aryal memasakan bersama ibu-ibu dalam kegiatan "Semarak Perempuan Perikanan Banyuwangi untuk Indonesia" yang digelar di Taman Blambangan, Minggu (18/6/2023). 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Banyuwangi - Badan Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melatih para perempuan istri nelayan skala kecil di Kabupaten Banyuwangi untuk memperkuat keterlibatan mereka dalam rantai nilai perikanan, terutama dalam kegiatan pascapanen. 

Pelatihan yang melibatkan ibu-ibu di pesisir pantai Banyuwangi itu telah berlangsung sejak Juli 2022. Setahun berlalu, pelatihan itu telah memberikan beberapa hasil.

Salah satunya menciptakan berbagai produk olahan hasil perikanan dari tangan para istri nelayan.

Produk-produk itu dipamerkan dalam kegiatan "Semarak Perempuan Perikanan Banyuwangi untuk Indonesia" yang digelar di Taman Blambangan, Minggu (18/6/2023).

Baca juga: Jadwal Final dan Perebutan Tempat Ketiga UEFA Nations League: Kroasia Vs Spanyol, Belanda Vs Italia

Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal menjelaskan, para istri nelayan skala kecil punya peran sentral dalam mempromosikan ikan sebagai sumber gizi untuk konsumsi sehari-hari.

"Penting untuk mengakui peran perempuan dalam perikanan skala kecil. Perempuan memainkan peran sentral dalam mempromosikan ikan sebagai sumber gizi dan konsumsi harian", kata Aryal.

Baca juga: Tak Bisa Berenang, Pemancing di Situbondo Tewas Tenggelam

Dalam pelatihan yang dijalankan, berbagai intervensi telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan dalam perikanan skala kecil.

Survei terbaru FAO yang dilakukan di Banyuwangi mengungkapkan, hampir 80 persen istri nelayan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan itu.

Baca juga: Polisi Siagakan 4.500 Personel Amakan Laga Persebaya vs Persija

Padahal, mereka dan suami memiliki akses yang hampir sama terhadap kegiatan perikanan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan ketidakseimbangan peran perempuan dalam ranah ekonomi.

Selama satu tahun perjalanan proyek pelatihan, berbagai kegiatan pelatihan dan pendampingan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok itu di Banyuwangi.

Khususnya dalam peningkatan kesadaran untuk berperan dalam pengambilan keputusan, pengembangan kapasitas organisasi, pengembangan usaha, dan peningkatan kualitas serta daya saing produk olahan ikan.

"Pemberdayaan perempuan dalam sektor perikanan skala kecil berkontribusi pada pencapaian SDGs. Dengan meningkatkan peran mereka, kita dapat menciptakan perubahan positif untuk mencapai produksi yang lebih baik, gizi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik," tambah Aryal.

Retno Setyowati (39), pemilik gerai ikan bakar kecil di desa pesisir Blimbingsari, yang jaraknya 20 km dari pusat kota, menyatakan, berbagai pelatihan yang diberikan telah memungkinkan ia dan kelompoknya belajar cara mengemas ikan bakar dan memproduksi sambal dalam botol. 

Baca juga: Penyusup Pil Koplo Lewat Nasi Bungkus di Lapas Lumajang Tidak Ditahan

Pelatihan itu juga membantunya memperluas pasar.

"Kami telah mengirim ikan bakar dan sambal ke pelanggan kami di Jakarta dan Surabaya. Saya tidak hanya dapat memperluas pasar saya, tetapi saya juga belajar cara menetapkan harga yang wajar untuk produk saya," kata Retno.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved