Berita Jember

Manfaatkan Sampah Organik, Pelajar SD di Jember Buat Sabun dari Kulit Buah

Limbah yang difermentasi oleh para siswa tersebut dari berbagai macam kulit buah, mulai dari sirsak, apel, mentimun, semangka dan melon.

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Haorrahman
TribunJatim-Timur.com/Imam Nawawi
Siswi SDN Sukorambi 01 Jember membuat sabun dari limbah buah buahan. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, JEMBER - Para pelajar SDN Sukorambi 01 Kabupaten Jember, praktik membuat sabun batangan dari limbah buah-buahan, Rabu (13/12/2023).

Para pelajar tersebut menyulang air rendaman kulit buah-buahan yang telah difermentasi di dalam galon, untuk dipindahkan ke beberapa botol.

Selama proses itu, para pelajar tersebut didampingi Valleria Grossi, anggota Himpunan Pegiat Adiwiyata, saat menyaring air fermentasi yang menjadi ekoenzim.

Setelah cairan ekoenzim dipindahkan ke botol, mereka mencampurkan cairan fermentasi itu dengan minyak kelapa dan soda api untuk diaduk di dalam baskom.

Setelah tercampur semua, para siswa siswi ini menuangkan cairan ecoenzim ini ke dalam tempat cetakan sabun batangan.

Baca juga: PT Mitratani Dua Tujuh Akan Gaet Anak Muda Supaya Mau Bertani

Kepala SDN Sukorambi 01, Sudarwati mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menunjang kreatifitas pelajar, dalam mengelola limbah sampah di lingkungannya.

"Karena di sini lingkungan petani, diharapkan para siswa bisa memanfaatkan limbah buah dan sayur di lingkungannya sendiri," ujarnya.

Menurutnya para pelajar kelas 4,5 dan 6 SDN Sukorambi 01 ini memanen hasil fermentasi kulit buah, yang telah mereka rendam sejak enam bulan lalu.

"Setelah dipanen dibuat untuk sabun wajah dan sabun mandi. Yang dibantu oleh ibu Grossi dari Adiwiyata," tutur Sudarwati.

Sudarwati mengungkapkan uji coba pembuatan sabun dari kulit buah ini pertama kali dilakukan di lembaga pendidikan dasar ini. Sebab sebelumnya para pelajar hanya diminta mengumpulkan limbah sampah saja.

"Saat itu mereka hanya diminta membedakan mana yang organik dan yang tidak. Setelah kami MoU dengan Adiwiyata, akhirnya kami kerjasama untuk bagaimana pemanfaatan limbah sampah organik lebih luas lagi," ucapnya.

Baca juga: Sebulan Lebih Anggota Fraksi PKB Mangkir ke Kantor

Limbah yang difermentasi oleh para siswa tersebut dari berbagai macam kulit buah, mulai dari sirsak, apel, mentimun, semangka dan melon.

"Kemudian dimasukan ke galon, lalu dicampur dengan air gula merah.Dan beberapa bahan lain yang dicampurkan," jelasnya.

Sebenarnya, kata dia, ada tiga galon yang digunakan untuk fermentasi dengan waktu berbeda. Tetapi ada satu yang gagal uji coba.

"Ada galon, fermentasi 3 bulan, ada yang 6 bulan. Yang fermentasi 3 bulan saat mau dibuka, meletus airnya mungkin kurang rapat tutupnya," ungkap Sudarwati.

Valleria Grossi menjelaskan proses fermentasi limbah buah dan sayur paling cepat itu selama tiga bulan. Namun semakin lama, makin bagus.

"Lebih dari empat bulan tidak apa apa, karena kandungan alkoholnya akan lebih tinggi. Bahkan yang digunakan, bisa dari daun kelor, serbuk kopi, serbuk kunyit. Dan bisa bahan bahan lain, yang ada di pekarangan," imbuhnya.

Baca juga: Bupati Banyuwangi Raih Satyalencana Wirakarya Berkat Pengembangan Sektor Kelautan

Sementara cairan yang digunakan untuk fermentasi bisa mengunakan air sumur, hujan maupun dari Perusahaan Daerah Air Mineral (PDAM).

"Untuk air hujan, disarankan yang langsung diwadahi, atau yang tidak menetes dari genteng, sehingga zat asamnya masih sempurna," katanya.

Setelah proses fermentasi kulit buah selesai, Grossi menjelaskan cairannya harus dicampur dengan soda api dan juga minyak kelapa, untuk proses pemadatan, agar jadi sabun batangan.

"Karena ini bahan cair, sehingga harus harus dikasih soda api, supaya bisa jadi sabun padat. Sementara tambahan minyak kelapa, karena semua sabun itu harus ada minyaknya. Saya gunakan minyak kelapa, karena mudah didapatkan," paparnya.

Proses perubahan zat cair menjadi padat. Kata dia, cairan fermentasi limbah buah tersebut harus diendapkan selama satu setengah bulan.

"Sebenarnya dua hari sudah padat, tetapi sabunnya belum bisa dipakai, soalnya kandungan soda apinya belum hilang. Kalau dipakai sebelum satu setengah bulan, akan menyebabkan gatal-gatal pada kulit penggunanya," urai Grossi.

Grossi menjelaskan pewarna dalam sabun batang ini yang dihasilkan, menyesuaikan dengan bahan sayuran atau buahnya.

"Tidak ada bahan kimia yang dicampurkan. Warnanya menyesuaikan dengan warna buah atau sayuran yang telah difermentasi," ulasnya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

(Imam Nawawi/TribunJatimTimur.com)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved