Cuaca Ekstrem

Cuaca Ekstrem, Nelayan di Situbondo Tak Berani Melaut

Para nelayan harus menambatkan perahunya di lokasi yang aman dari hempasan gelombang besar tersebut.

Penulis: Izi Hartono | Editor: Haorrahman
TribunJatim-Timur.com/Izi Hartono
Puluhan perahu nelayan ditambatkan di areal Pelabuhan Kalbut, Kecamatan Mangaran, Situbondo. 

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, SITUBONDO - Cuaca ekstrem dan gelombang besar di perairan wilayah Situbondo, menyebabkan para nelayan tidak berani melaut.

Para nelayan harus menambatkan perahunya di lokasi yang aman dari hempasan gelombang besar tersebut.

Seorang nelayan, Nurhasan, mengaku sejak beberapa hari ini tidak berani melaut karena cuacanya yang ekstrim dan gelombang laut besar.

"Saya tidak melaut sejak hari Sabtu," ujarnya usai mengurai air di petahunya yang ditambatkan, Kamis (14/3/2024).

Menurutnya pada saat terjadinya badai, ada beberapa perahu yang rusak diterjang gelombang besar.

Baca juga: Saat Beras Mahal, Warung Nasi di Jember Jual Rp 3.000 Satu Porsi

"Dua perahu fiber dan satu perahu motor yang rusak," kata nelayan asal Dusun Kaliasin, Desa Tanjung Pecinan, Kecamatan Mangaran itu.

Selama tidak melaut, kata Nurhasan, dirinya tidak mencari pekerjaan lainnya melainkan hanya mengurasi air di dalam perahu.

"Setiap hujan air di perahu harus dikuras, kalau tidak bisa karam," ucapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama tidak melaut, dirinya tidak ada pekerjaan dan hanya mencari ikan di laut.

"Ya tidak ada, hanya menjaga perahu tidak karam saja," terangnya.

Baca juga: Perahu Terbilk, Dua Nelayan di Pantura Pamekasan Hilang Ditelan Ombak

Kasatpol Air Polres Situbondo, AKP I Gede Sukarmadiyasa mengatakan, pihaknya meghimbau agar para nelayan tetap selalu waspada dengan cuaca ekstrim ini.

"Jangan memaksa melaut, jika cuaca masih ekstrim," himbaunya.

Berdasarkan peringatan dari BMKG, 12 Maret 2024, kata mantan Kapolsek Asembagus ini mengatakan, cuaca ekstrim akan berlangsung sampai 18 Maret 2024.

"BMKG prediksi cuaca ektrim itu kan sejak tanggal 12 sampai 18 Maret ini, ya kita lihat perkembangannya dari BMKG selanjutnya," katanya.

Jika ditemukan nelayan yang nekat melaut, AKP Gede menegaskan, pihaknya tetap akan menghimbau para nelayan untuk tidak melaut, namun pameo atau sindiran orang nelayan lebih takut lapar dari pada mati.

"Tapi biasanya nelayan sudah tau sendiri, kapan bisa melaut dan tidak," katanya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur

Ikuti saluran di Whatsapp, klik : Tribun Jatim Timur

(Izi Hartono/TribunJatimTimur.com)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved